Bila untuk akhirat perlu amal
Maka biarlah sabar dan syukur kita menjadi bekal
Tutup matamu lalu hitunglah sendiri
Berjuta episode datang silih berganti
Yang datang kemudian berlalu pergi
Setiap peristiwa hadir begitu saja
Membawa tangis juga canda tawa
Menyisakan senyum dan kadang luka
Di hari itu
Entah apa arti tangismu
Entah sedih, marah, ataupun meraju
Bisa pula bahagia dan juga rindu
Betapa air matamu itu menjadi saksi
Betapa pening dan sakit kepala ini
Ditambah sariawan dan dada yang nyeri
Baru saja mau melepas penat
Merebahkan diri untuk istirahat
Kepala berat bangun pun tak kuat
Tiba tiba anak anak datang merapat
Suara merengek minta layanan cepat
Tangis menggema berlipat-lipat
Mereka datang tinggalkan ruang berantakan
Di ruang tamu mainan berserakan
Bajunya kotor penampilan aut-autan
Sementara aku belum kembali ke rumah
Tuntaskan rapat, tugas, dan sejumlah amanah
Atau bisa juga tertidur di masjid karena lelah
Di penghujung siang aku pun kembali
Berharap pandangan dan senyuman menanti
Segelas air putih dan sapaan penuh arti
Ternyata yang ada adalah api
Asap mengepul dari dahi
Memercik panas sakit sekali
Tugas rumahku menumpuk tinggi
Buku-buku berhamburan sana sini
Sampah belum dibuang berhari hari
Ditambah lagi kejadian tadi
Aku masih belum paham sesuatu
Yang jelas hatimu yang terganggu
Karena anak-anak ataupun karena aku
Yang kutau engkau perlu mengungkapkan
Kosongkan pikiran dari hal menjengkelkan
Lepaskan beban dengan perlahan
Maka telinga ini aku kusiapkan
Dada ini segera aku kosongkan
Siap mendengarkan dan menampung keluhan
Lepaskan lepaskan semua cintaku
Lepaskanlah semua sumbat beban itu
Biarkan hatimu kembali tenang dan padu
Lalu tiba-tiba engkau berhenti
Seakan-akan tidak ada yang terjadi
Air mata bertukar senyum indah tak terperi
Lalu apa kabar dengan hati ini?
Terasa perih, perih sekali
Seperti tertusuk pisau belati
Tapi aku tidak peduli
Lakukan seribu kali lagi
Dan aku lebih tidak peduli
Itu karena aku mencintaimu
Cintaku…
===
@umarulfaruq.abubakar
11082020