Seperti sebuah mesin operator pembangkit listrik yang mampu menerangi satu kota, negara, bahkan dunia, seperti itulah keberadaan pondok pesantren di tengah kehidupan umat manusia. Setiap individu yang ada di dalamnya memiliki peran penting yang tak dapat tergantikan, sekecil apapun itu.
Laksana gerigi-gerigi roda yang terus berputar dan sambung-menyambung satu sama lain, seperti itu pulalah kehidupan pesantren kita. Semua bahu-membahu saling membantu dan menguatkan untuk satu tujuan, yaitu umat ini tersinari dengan cahaya petunjuk dan kebenaran. Ada satu gerigi yang macet bekerja, kerja bagian mesin yang lain bisa ikut macet pula.
Dalam kondisi seperti ini, tidak penting lagi saling menonjolkan dari dan berebut posisi tertentu. Apalagi saling menyalahkan dan menjatuhkan, di saat semua perlu untuk saling menguatkan. Sebab semuanya serba penting dan punya tanggung jawab masing-masing.
Baca Juga: Santri Sejati Ikuti Jejak Nabi
Tidak boleh ada yang diam dan berhenti. Semua harus terus berotasi dan bergerak dengan sempurna agar dapat bersama bekerja menghasilkan tenaga dan daya. Selalu siap sedia di tempatnya masing-masing, untuk ikut berputar, dan mengikuti irama kerja.
Rasulullah pernah menyatakan, “Sungguh Allah merahmati seorang hamba yang selalu siap sedia memegang tali kekang kudanya. Apabila ia diperintah berada di depan, ia berada di depan. Apabila ia diperintah untuk berada di pos penjagaan, maka ia pun berada di pos penjagaan.”
Bagi hamba yang dirahmati ini, tidak penting baginya berada di mana. Yang ia pentingkan adalah melakukan yang terbaik di bagian mana pun ia ditempatkan. Ketulusan dan keikhlasannya benar-benar mengakar. Perasaan dan kepentingan pribadi ia kesampingkan, untuk kemanfaatan bersama yang lebih besar. Saat negeri ini akhirnya bersinar terang, maka ia dan setiap komponen mesin itu ikut mendapatkan pahala dan penghargaan yang sempurna.
Baca Juga: Punya Ambisi, Boleh Nggak Sih?
Lalu seketika teringatlah saya kata-kata almarhum Ustadz Muin yang selalu menggedor kesadaran saya, dalam ceramah beliau saat pembinaan pegawai, “Saya dan antum itu sama. Direktur dan pegawai itu tidak ada beda. Kalau pun ada, maka bedanya adalah saya yang paling berat tanggung jawab di hadapan Allah dari antum semua”
Dan ketika roda-roda gerigi itu aus karena dimakan usia atau karena sebuah insiden, lalu ia terpental dari tempatnya. Atau karena memang usia gerigi itu yang sudah kadaluarsa, pada saat itu ia boleh berbangga. Karena selama usia kerjanya ia sudah bekerja keras melakukan yang terbaik, memberikan penerangan, dan menebarkan cahaya.[]
Dimuat di Website Nidaul Quran
https://nidaulquran.id/bersama-menerangi-dunia/