Kisah 3 Umair

kitab usudul ghabah

Dari sekian sahabat yang diceritakan oleh Imam Izzuddin Ibnul Atsir dalam bukunya, Usudul Ghâbah fi Ma’rifat Ash Shahâbah, beliau menyebutkan tentang 48 orang sahabat Rasul yang bernama Umair.

Berikut ini adalah kisah 3 orang diantara mereka…

1.

Di Medan Badar, perang berkecamuk.

Rasulullah berkata kepada para sahabatnya, “Demi jiwaku yang ada di tanganNya, tidak ada seorang pun yang hari ini memerangi orang musyrik, kemudian ia terbunuh dengan penuh kesabaran dan pengharapan kepada Allah, tanpa berlari kembali ke belakang, kecuali pasti Allah masukkan ia ke dalam surga”

Seorang pemuda yang saat itu sedang makan kurma, bergumam penuh takjub… “Bakh… bakh…”

Rasul bertanya, “Mengapa engkau bergumam, wahai Umair?”

“Ya Rasulallah, bukankah antara aku dengan surga hanya sekedar maju kemudian aku memerangi mereka lalu aku terbunuh?”

“Benar sekali”

Saat itu di tangan pemuda itu masih ada beberapa butir kurma. Ia pun berkata, “Apakah aku harus hidup sampai menyelesaikan makan kurma-kurma ini? Sungguh, itu kehidupan yang sangat panjang”

Maka ia ia pun melempar kurma dari tangannya dan segera terjun ke medan perang, sambil berdendang:

ركضًا إِلَى اللَّه بغير زاد   # إلا التقى وعمل المعاد

والصبر فِي اللَّه عَلَى الجهاد#   إن التقى من أعظم السداد

وخير ما قاد إِلَى الرشاد  # وكل حي فإلى نفاد

“Bergegas menuju Allah tanpa bekal, selain taqwa, amal untuk negeri tempat kembali, dan sabar di jalan Allah dalam berjuang. Sesungguhnya ketakwaan adalah kebenaran teragung dan sebaik-baik yang mengarahkan pada petunjuk. Dan semua yang hidup pasti akan binasa”

Perindu surga itupun mendapatkan apa yang ia harapkan.

Ia mulia sebagai syahid badar

Pemuda itu adalah Umair bin Al-Hamam As Sulami Al Anshari

2.

Remaja itu itu ragu-ragu.

Kakaknya, Sa’ad bin Abi Waqqash, pun bertanya, “Apa yang membuatmu ragu, wahai adikku?”

“Aku khawatir dianggap masih kecil, sehingga Rasulullah tidak mengizinkan aku untuk berangkat. Padahal aku ingin sekali mendapatkan syahid”

Ternyata benar. Rasulullah tidak mengizinkannya untuk berangkat perang. Ia pun menangis tersedu-sedu hingga akhirnya Rasulullah pun mengizinkannya.

Lalu ia berperang dengan hebat bagai seekor singa yang terluka, hingga ia gugur sebagai syahid di tangan Amr bin Abdi Wudd.

Allah mengabulkan cita-cita mulianya untuk gugur di jalan Allah.

Remaja itu syahid di medan Badar pada usia 16 tahun.

Remaja itu adalah Umair bin Abi Waqqash Az Zuhri.

3.

Sebelum masuk Islam, ia dikenal sebagai salah satu setan dari setan-setan quraisy. Itu karena permusuhannya yang sangat dahsyat kepada Rasulullah dan kaum muslimin.

Atas nama balas dendam kekalahan Badar, ia sampai berkonspirasi dengan Shafwan bin Umayyah untuk membunuh Rasulullah. Caranya adalah dengan pura-pura datang bertamu, lalu saat berhadapan, ia akan langsung menikamkan pisau belatinya yang beracun ke dada Rasulullah yang mulia. Pembicaraan tentang rencana pembunuhan itu sangat rahasia dan hanya mereka berdua yang tau.

Tapi takdir Allah bercerita lain. Dalam puncak kebencian yang sangat tinggi dan nafsu membunuh yang  membara,  cahaya hidayah Allah datang menyapa. Menyentuh hatinya yang panas, lalu memberinya kesejukan. Kesejukan yang tiada tara, hingga membawanya kepada syahadat.

Ia terkaget-kaget saat Rasulullah mengungkap niat busuknya dengan jelas. Di situlah pintu hidayah terbuka dan akal sehatnya bekerja; bahwa tidak ada yang memberi tahu informasi ini kepada Rasulullah selain Dzat yang Maha Tau. Dan itu artinya orang yang ada di hadapannya ini adalah benar-benar utusan Allah.

Lalu ia pun menjadi pembelajar yang sangat tekun dan pelopor dakwah yang penuh semangat. Ia membakar dosa-dosanya di masa lalu dengan jihad dan perjuangannya yang tidak kenal lelah siang dan malam.

Ia adalah Abu Umayyah, Umair bin Wahb Al Jumahi.

***

Umair dan Abahnya

Umair, sebuah nama yang menyiratkan cinta, kesetiaan, perjuangan dan pengorbanan. Abadi dalam kehidupan sejarah umat manusia.

Umair Hikmatyar, anak saya yang ketiga, semoga dapat menjadi bagian dari mereka.  meneladani kehidupan para sahabat yang mulia. dan selalu mengingatkan kedua orang tuanya tentang makna kesetiaan, cinta, perjuangan, dan pengorbanan.

Leave A Reply

Navigate