Suatu Pagi di Ruang Rapat
Sebagai mc, saya meminta Ust Aziz Saifullah Al Hafiz untuk tilawah.
Beliau pun membaca akhir surah Al Ghasyiyah:
أَفَلَا يَنظُرُونَ إِلَى ٱلۡإِبِلِ ڪَيۡفَ خُلِقَتۡ (١٧) وَإِلَى ٱلسَّمَآءِ ڪَيۡفَ رُفِعَتۡ (١٨) وَإِلَى ٱلۡجِبَالِ كَيۡفَ نُصِبَتۡ (١٩) وَإِلَى ٱلۡأَرۡضِ كَيۡفَ سُطِحَتۡ (٢٠) فَذَكِّرۡ إِنَّمَآ أَنتَ مُذَڪِّرٌ۬ (٢١) لَّسۡتَ عَلَيۡهِم بِمُصَيۡطِرٍ (٢٢) إِلَّا مَن تَوَلَّىٰ وَكَفَرَ (٢٣) فَيُعَذِّبُهُ ٱللَّهُ ٱلۡعَذَابَ ٱلۡأَكۡبَرَ ٢٤) إِنَّ إِلَيۡنَآ إِيَابَہُمۡ (٢٥) ثُمَّ إِنَّ عَلَيۡنَا حِسَابَہُم (٢٦)
“Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan, (17) Dan langit, bagaimana ia ditinggikan? (18) Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan? (19) Dan bumi bagaimana ia dihamparkan? (20) Maka berilah peringatan, karena sesungguhnya kamu hanyalah orang yang memberi peringatan. (21) Kamu bukanlah orang yang berkuasa atas mereka, (22) tetapi orang yang berpaling dan kafir, (23) maka Allah akan mengazabnya dengan azab yang besar. (24) Sesungguhnya kepada Kami-lah kembali mereka, (25) kemudian sesungguhnya kewajiban Kami-lah menghisab mereka. (26)”
Setelah tilawah, saya persilahkan guru kami Ust. Muinudinillah untuk menyampaikan tadabbur atas ayat yang baru saja dibaca.
Bukannya menyampaikan tadabbur, Ust. Muin malah langsung bertanya satu persatu kepada para santri-santri beliau yang ada di ruang rapat itu. (Walaupun yang hadir adalah para pimpinan dan kepala unit, tetap saja kami adalah bagian dari santri Ust Muin di PPTQ Ibnu Abbas Klaten ini)
Ayo Ust Ahmad, apa yang antum pahami dari ayat itu? dan apa hubungan ayat-ayat tadi dengan perjuangan?
Mendapat pertanyaan yang tiba-tiba dari Ust Muin seperti itu, Ust Ahmad (Kepala Sekolah SMP IT Ibnu Abbas) kaget. Sejurus kemudian beliau langsung menjawab, “Ayat-ayat tersebut adalah perintah bagi kita untuk merenungkan kekuasaan dan ciptaan Allah di alam semesta”
Sekarang Ust. Kelik, apa yang antum pahami?
Giliran Ust Kelik (Kepala Sekolah SMA IT Ibnu Abbas) yang kaget. Tapi beliau segera menjawab dengan gaya retorisnya, “Rangkaian ayat ini mengajak kita untuk menggunakan akal, al Muhakamaat Al Aqliyyah, dalam melihat ciptaan Allah.”
Saat itu saya yakin, semua yang hadir lagi mempersiapkan jawaban kalau nanti ditunjuk oleh Ust. Muin. Termasuk saya. Tapi jawabannya ya rasanya tidak jauh-jauh dari jawaban Ust Ahmad dan Ust Kelik.
Antum Ust. Sidiq, apa yang antum pahami?
“Tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah. Allah mampu melakukan segalanya” jawab Ust. Sidiq (kepala Unit SDI) dengan singkat dan cepat.
Ust Muin tersenyum lalu berkata:
“Afalaa yanzhuruuna ilal ibili kaifa khuliqat? Apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana ia diciptakan?”
“Unta adalah binatang yang paling sabar. Ia mengambil sedikit tapi memberi yang banyak. Ia minum air sedikit, tapi mampu melakukan perjalanan jauh berhari-hari tanpa minum. Ketika kehausan dan kelaparan di padang pasir, kita bahkan bisa menyembelih unta dan mengambil minuman dan makanan darinya”
“Maka dalam perjuangan, bersabarlah seperti kesabaran unta, tegarlah seperti tegarnya gunung, tinggikan cita-citamu setinggi langit, dan luaskanlah dadamu seperti luasnya bumi”
“Fadzakkir innamaa anta mudzakkir!”
Kami semua tersenyem mendapatkan tadabbur yang hebat ini. Dalam ayat yang singkat ini ternyata mengandung makna perjuangan yang sangat mendalam.
Bersama Ust Muin selalu seperti itu. Makna Ayat-ayat Al Quran terasa sangat dekat kehidupan.
Klaten, 15 Maret 2018
*Umarulfaruq Abubakar*
duakhalifah.net