Pesona keindahan peradaban Islam memancarkan cahayanya yang terang diantara peradaban manusia yang datang dan pergi.
Salah satunya seperti yang kita lihat di abad pertengahan.
Kondisi bangsa barat pada saat itu sangat mengenaskan. Waktu yang terbentang dari tahun ke-6 hingga tahun ke-11 Masehi, menjadi abad kegelapan bagi bangsa barat terutama di Eropa. Ilmu pengetahuan belum berkembang dan masyarakat barat saat itu tinggal dalam lingkungan yang kumuh dan liar. Rumah-rumah dan bangunan yang ada di sana hanya terbuat dari batu dan mereka tinggal di dalamnya bersama dengan binatang peliharaan.

Jalan jalan yang ada di kota Eropa pada abad pertengahan belum mendapatkan penerangan mereka tidak memiliki sistem drainase atau saluran air. Banyak wabah penyakit yang terjadi saat itu karena masyarakat Barat belum mengetahui cara menjaga kebersihan dengan baik.
Sementara kondisi Masyarakat Islam pada abad itu sudah sangat maju. Kondisi umat Islam pada abad pertengahan, terutama yang mendiami wilayah Spanyol dan Andalusia di Eropa sangat berbeda. Ilmu pengetahuan dan arsitektur berkembang pesat. Kota-kota yang didiami oleh umat Islam seperti Cordoba dan Granada sudah dilengkapi dengan penerangan jalan yang sangat baik dan sistem saluran air yang digunakan untuk menjaga kebersihan kota dan lingkungan.
Bangunan yang megah dan taman-taman yang indah dibangun pada masa itu, seperti istana Az Zahra di Cordoba dan benteng Alhambra atau istana Alhambra di Granada.
Saat itu telah tegak berdiri Masjid Cordova yang di bangun pada masa ‘Abd al-Rahman al-Dakhili, ada Kota Al-Zahra, kota termegah yang dibangun oleh ‘Abd al-Rahman III, Istana Ja’fariyah di Saragosa, tembok Toledo, istana al-Makmun dan mesjid Seville.
Cordoba juga terkenal dengan universitasnya, yaitu Universitas Cordoba. Harun al-Rasyid mendirikan Observatorium di Damaskus yang di dalamnya banyak ahli astronom Islam yang mengadakan penelitian di bidang astronomi sehingga lahirlah para astronom Islam seperti al-Fargani (850 M.), Ibnu Yunis (1009 M.) dari Kairo, al-Zarkali (1029-1087 M.) dari Cordoba.
Pesona keindahan terekam dalam banyak buku, salah satunya adalah buku “Min Rawa’i Hadharatina” (Diantara keindahan peradaban kita), karya Dr. Musthafa As Siba’i.

Pada masa ini juga lahir ilmuwan-ilmuwan Islam yang membawa perubahan bagi sistem pendidikan umat Islam khususnya di bidang kedokteran, matematika, filsafat, dan lain sebagainya.
Diantaranya: Ibnu Nafis dengan penemuannya tentang teori sirkulasi darah, Ibnu Al Haitsam yang merumuskan dasar-dasar ilmu optic, Al Khawarizmi dan Umar Al Khayyam yang merumuskan teori matematika, Al Biruni, Al Hamadani yang menemukan prinsip-prinsip hukum mekanika klasik, dan tidak ketinggalan Ibnu Sina atau Avicenna yang menulis buku dasar ilmu kedokteran saat ini dan digunakan oleh para ilmuwan ataupun dokter di dunia barat. Buku itu dikenal dengan nama Al Qanun Fi thib atau Canon of Medicine.
Peradaban Umat Manusia

Dalam sejarah tercatat peradaban peradaban besar yang membentuk pola hidup umat manusia pada zamannya. Diantaranya, peradaban Fir’aun dan Mesir Kuno di Mesir (±3400 SM), Sumeria di Mesopotamia (±3000 SM), Dravida di India (±2900 SM), Babilonia di Selatan Irak (±2250 SM), Etruskia di Roma (±1800 – 509 SM), Akhiya di Yunani (±1500 SM), Persia (±555 SM) dan peradaban-peradaban lainnya.
Peradaban itu, seperti disebutkan oleh Dr. Mustafa As Siba’i, adalah sekumpulan tata aturan sosial yang membantu manusia untuk meningkatkan produktifitas kebudayaannya. Peradaban itu tegak dengan empat pilar, yaitu: ekonomi, aturan politik, tradisi dan budaya, ilmu pengetahuan dan seni.
Tata aturan sosial yang terbentuk dalam sebuah masyarakat akan mengatur kehidupan mereka secara otomatis. Orang-orang hanya menikmati kehidupan mereka sehari hari, sejak bangun pagi sampai tidur lagi di malam hari, dan tanpa sadar bahwa mereka bergerak dalam sebuah budaya. Sama seperti mereka tidak sadar berada di bumi yang berotasi dengan cepat di porosnya, dan berevolusi di garis edarnya mengelilingi matahari.
Yang terlihat adalah pengaruh dari peradaban tersebut dalam membentuk pola hidup masyarakat dan produktifitas yang mereka hasilkan.

Dalam hal ini, peradaban Islam telah memberikan sumbangsih yang sangat besar bagi kehidupan umat manusia dalam membentuk sebuah tatanan masyarakat yang beradab dan memiliki kebudayaan yang tinggi dalam berbagai bidang; sains dan teknologi, seni arsitektur bangunan, tata kelola pemerintahan, kemerdekaan dan persamaan manusia, akhlak dan budaya masyarakat, dan banyak hal lainnya.
Keagungan peradaban Islam ini dengan obyektif diakui oleh para peneliti barat.
George Sarton dalam The History of Science menyatakan, “Umat Islam merupakan bangsa yang jenius di wilayah Timur pada abad pertengahan dan memberikan kontribusi terbesar bagi umat manusia.
Gustave Le Bon dalam The Civilization of The Arabs menyatakan, “Para filosof Arab-Islam merupakan tokoh-tokoh pioner yang memperkenalkan kepada dunia bagaimana terjadinya keserasian antara kebebasan berfikir dan tegaknya agama”
Karakteristik Peradaban Islam

Apa yang membedakan peradaban islam dengan peradaban lainnya?
Pertama, Peradaban Islam tegak di atas dasar tauhid kepad Allah
Keyakinan tauhid kepada Allah memberikan pengaruh yang sangat penting dalam menegakkan prinsip kemerdekaan, kebebasan, dan persamaan diantara manusia. Islam sangat menghormati hak hak orang lain. Islam menegaskan pentingnya patuh dan taat kepada pemimpin, di saat yang sama Islam menekankan pentingnya menegakkan keadilan dan kasih sayang bagi seorang pemimpin.
Keyakinan tauhid ini pula yang menjadikan kurangnya sumbangsih seni Islam dalam seni pahat dan patung, saat kesenian Islam berkembang pesat dalam seni kaligrafi dan arsitekur. Kehebatan dalam dunia seni terikat dengan kewajiban menjaga nilai dan aturan tauhid tentang pengeesaan kepada Allah dan tidak membuat simbol yang membuat orang tertarik untuk menyembah selain kepada Allah.
Kedua, Humanis dan Internasional
Peradaban Islam sangat memperhatikan sisi humanis; menghilangkan kebodohan, menghapus kemiskinan, melawan kezaliman, memberikan keamanan, dan menciptakan kesejahteraan seluas-luasnya. Semua usaha dan penemuan yang dilakukan tidak semata untuk kepentingan pribadi dan kesenangan individu semata. Tetapi semuanya harus tegak dalam prinsip keadilan; la tazhlimuuna wa laa tuzhlamuun. Tidak menzalimi dan tidak dizalimi.
Ketiga, Mengedepankan Prinsip Akhlak dalam semua aturan dan aktifitas
Para ilmuan dalam peradaban Islam memiliki keistimewaan dibandingkan yang lainnya, yaitu bahwasanya merek menghiasi pengetahuan dengan segala sesuatu yang baik dan terpuji. Karena itu, mereka menjadi teladan dalam hal kecintaan mereka terhadap ilmu pengetahuan, sabar dan tabah dalam mencari ilmu, menjauhkan diri dari perkara-perkara kecil, sungguh-sungguh dalam aktifitas, menjauhkan diri kesombongan, berpegang teguh pada tanggungjawab dan amanah, bersikap zuhud dalam harta dan kekuasaan.
Semua ini berpengaruh pada orisinalitas karya yang mereka persembahkan , dan inovasi-inovasi yang mereka hasilkan. Mereka memiliki karakter, metode, dan strategi tersendiri. Mereka memiliki kepribadian unik yang tidak dimiliki oleh para ilmuwan lain di sepanjang sejarah.

Keempat, Kuat Dalam Ilmu dan Aqidah
Prinsipnya: ilmu harus didasari oleh tauhid, tauhid harus berdasarkan ilmu. Setiap ilmu dipelajari untuk menyibak kekuasaan Allah di alam semesta dan belajar menjadi sarana mendekatkan diri kepada Allah.
Maka tidak ada pertentangan antara sains dan agama. Tidak pemisahan antara ilmu dan iman. Para penguasa bersahabat dengan ulama, para ulama menjaga dan mengawal kebijakan penguasa. Bahkan dalam banyak keadaan, seorang penguasa dia sendiri adalah ulama. Seperti Umar bin Khatab, Umar bin Abdul Aziz, Harun Ar Rasyid dan lainnya.
Kelima, Toleransi beragama yang sangat tinggi
Di tengah kota Cordoba, Granada, Baghdad, Turki, dan pusat peradaban islam lainnya, orang-orang non muslim hidup dengan nyaman memeluk dan menjalankan ibadahnya. Hak-hak setiap orang dihormati dan dijaga. Masyarakat muslim menjadi masyarakat beradab yang tidak ada bandingannya.
Inilah pesona keindahan islam, dan pesona ini akan ada di sepanjang zaman. Saat peradaban islam kembali tegak dan berdiri, maka keindahannya akan kembali menyinari dunia. Sebab kekuatannya bukan terletak pada orangnya, tapi pada prinsip dan ajarannya yang memilki sistem terbaik dalam mengatur kehidupan umat manusia.
Menghidupkan Cahaya Peradaban

Dengan seluruh usaha dan kemampuan, musuh islam berusaha meredupkan cahaya islam ini. Dengan bahu membahu, mereka tak pernah berhenti untuk memperburuk citra Islam.
Caranya adalah dengan membuatkan fitnah dan propaganda sehingga Islam menjadi tampak horor dan menakutkan. Orang-orang yang setia melaksanakan ajaran Islam sering mendapatkan tuduhan Islam Radikal, garis keras, dan teroris.
Maka bertaburlah ketakutan itu. Orang jadi takut dengan kalimat tauhid, baik dalam bentuk bendera, buku, topi, dan lain sebagainya.
“Mereka ingin memadamkan cahaya Allah dengan mulut (tipu daya) mereka, tetapi Allah (justru) menyempurnakan cahaya-Nya, walau orang-orang kafir membencinya”. (QS. As-Shaff: 8).
Hingga pada akhirnya kita dihadapkan pada dua pilhan, menggenggam bara, atau melepasnya hingga akhirnya ia mati. Dalam keadaan seperti itu, keimanan dan keyakinan tentang keindahan peradaban Islam yang akan membuat seorang muslim tidak akan pernah menyerah dan mundur ke belakang.