Pagi ini, saya menanyakan satu hal yang menjadi pertanyaan dalam hati saya selama ini, kepada syekh dan wali mursyid saya, Ust. Muinudinillah.
“Ustadz, penghasilan yang tidak cukup, apakah itu berarti tidak berkah?”
Hal ini secara khusus tentang gaji, penghasilan, dan pendapatan bulanan.
Ini sebagai flash back dari cerita Ustadz Muin tentang orang-orang yang penghasilan kecil dibanding kalkulasi kebutuhan keluarga, tetapi selalu bisa mencukupi.
“Tidak cukup itu, karena memang uangnya yang tidak mencukupi, ataukah hatinya yang tidak merasa cukup?” Ust. Muin menjawab dengan balik bertanya, menyiratkan pentingnya qanaah dalam hidup.
“Kalau benar benar tidak cukup memenuhi kebutuhan hidupnya, bagaimana Ustadz?” tanya saya lagi.
“Rezeki Rasulullah itu berkah atau tidak?” Ust. Muin kembali bertanya.
“Pastilah berkah, Ustadz” jawab saya.
“Ternyata beliau masih suka kelaparan. Dapur beliau tidak mengepul sampai tiga bulan. Beliau harus berhutang kepada Yahudi. Bahkan beliau wafat, baju besinya masih digadaikan”
“Tetapi dalam keadaan seperti itu beliau tetap produktif dalam hidup”
Dalam kondisi yang kurang, ibadah Rasulullah tidak pernah surut, jihad beliau tidak berhenti, kegiatan sosial jalan terus.
“Jadi standar keberkahan harta itu pada produktifitas, Ustadz?”
“Betul. Bahkan ketika dalam keadaan berkekurangan itu, Allah ingin menunjukkan; ternyata banyak hal tidak perlu yang bisa kita tinggalkan, dan hidup kita ternyata baik baik saja ketika meninggalkannya” jelas Ust. Muin
“Misalnya suka makan di luar, jalan-jalan, beli pakaian, gitu ya Ust?”
“Ya. Allah ingin melatih kita hidup sederhana. _Al Qashda fil Faqri wal Ghina_ Sederhana dalam keadaan berkekurangan maupun berkelebihan”
Keberkahan, itulah karunia terpenting yang perlu kita kejar. Kita minta keberkahan ketika lapang ( _baarallahu laka_), keberkahan ketika sempit ( _baaraka alaika_) , dan selalu dikumpulkan dalam kebaikan ( _jama’a bainakumaa fi khair_).
Tanda keberkahan adalah produktifitas dan kedekatan kepada Allah.
Mana keadaan kita yang membuat kita lebih produktif dan lebih dekat kepada Allah, itulah keadaan yang paling berkah.
Kondisi yang “tak cukup”, adalah cara Allah mengingatkan kita untuk bersikap Qana’ah dan sederhana dalam hidup.
Cukup dan tidak cukup, semua bisa menjadi keberkahan bagi orang yang beriman. Selama itu membuat ia produktif dan dekat kepada Allah.
Itulah yang bisa saya saya simpulkan dari nasehat Ust. Muin pagi ini.
Sebelum berpisah beliau berpesan, “Hari-hari ke depan, kita akan menghadapi keadaan yang jauh lebih berat. Kapasitas kita harus lebih besar dari masalah”
Nah…
Pesan akhir ini yang membuat saya merenung dan terdiam…
duakhalifah.net