Memberantas Buta Huruf Al Quran

 

  1. Giatnya animo umat Islam hari ini untuk memberantas buta huruf Al Quran sangat patut diapresiasi. Dengan meningkatnya daya baca umat Islam dengan Al Quran merupakan angin segar untuk peradaban. Tapi mampu membaca tidaklah sama dengan mampu memaknai. Akibatnya, huruf mampu terbaca tapi pesan belum mampu tersampaikan. Kira-kira bagaimana langkah lanjutan dari proses belajar Al Quran yang ideal untuk menghadapi masalah ini?

 

Membaca Al Quran berbeda memang berbeda dengan memahami, dan memahami berbeda dengan mendalami. Yang pertama adalah tilawah, yang kedua tadabbur, yang ketiga tafsir.

Gerakan berantas buta huruf Al Quran adalah gerakan yang sangat penting dan patut untuk disyukuri, tetapi proses belajar Al Quran tidak cukup sampai di situ. Harus dilanjutkan dengan usaha untuk memahami dan mendalami ayat-ayat yang kita baca. Sebab kitab ini Allah turunkan untuk kita tadabburi pesan pesan Allah dalam rangkaian ayat-ayat ini.

 

Hal ini sebagaimana Allah nyatakan dalam Surah Shaad ayat 38  “Kitaabun anzalnaahu ilaika mubaarakun liyaddabbaruu aayaatihi wa litadzakkara ulul albaab” (Kitab ini kami turunkan kepadamu penuh berkah untuk dipahami ayat-ayatnya dan diambil pelajaran oleh orang-orang yang berakal).

 

Maka solusinya adalah meluangkan waktu untuk mengkaji makna-makna ayat ini, dengan membaca terjemahan dan tafsir Al Quran. Paling bagus bila mengkajinya secara bersama-sama dengan bimbingan seorang guru. Ini tentu akan sangat membantu untuk memahami ayat-ayat Allah.

 

 

  1. Sebagai umat Islam, kita diperintah oleh Allah SWT untuk senantiasa menuntut ilmu. Dalam menuntut ilmu yang dilandasi dengan iman, kita diminta untuk dengar dan kemudian taat, sami’na wa atho’na. Tapi di sisi lain, kita dihadapkan pada kewaspadaan supaya tidak menjadi taqlid. Lalu bagaimana pandangan bapak akan hal ini?

 

Kita itu diperintah Allah menjadi Ulul Albab, yaitu orang-orang yang berakal. Dalam sebuah perkara pertimbangannya adalah akal pikiran bukan hawa nafsu. Yaitu akal pikiran yang dibimbing oleh keimanan kepada Allah dan hari akhirat. Dan hal ini hanya bisa kita dapatkan ketika kita berusaha untuk terus menjadi seorang pembelajar.

 

“Fa’lam annahu laa ilaaha illallah” (Dan ilmuilah bahwa tidak ada sesembahan lain selain Allah). Demikian firman Allah dalam Surah Muhammad.

Artinya ilmu dulu baru iman, atau bisa dikatakan bahwa keimanan dan tauhid itu harus didasari oleh ilmu.

 

Di sini pula pentingnya kita memilih guru. Para ulama sangat menekankan betul soal pemilihan guru ini. Sebab beliaulah yang akan mengarahkan kita ke arah surga, atau bisa juga mengarahkan kita menuju neraka. Pilihlah guru yang berilmu dan juga beriman. Tampak dari kata-kata dan tindakannya, tampak imannya dari  rasa takutnya kepada Allah dan kebaikan akhlaknya dalam kehidupan sehari-hari.

Ulama-ulama terdahulu selalu berpesan, “Inna hadzal ‘ilma diinun, falyanzhur ahadukum ‘amman ya’khudzu diinahu” Sesungguhnya ilmu ini adalah agama. Maka hendaklah setiap kali memperhatikan dari siapa dia akan mengambil agamanya.

 

 

  1. Mempelajari ilmu agama yang disampaikan dalam Al Quran, kita tidak bisa menginterpretasikannya sembarangan. Kita senantiasa memerlukan guru yang menuntun kita dalam memahami ayatullah sebagai teks yang sesuai konteksnya. Bagaimana cara kita menemukan sosok guru yang tidak hanya mampu mengajarkan cara membaca Al Quran tapi juga memaknai isinya?

 

Datanglah ke sumber sumber ilmu, yaitu pondok pesantren. Belajarlah dari ilmu dan adab para guru yang ada di sana, terutama para kiai dan ulama sesepuh. Di pondok-pondok pesantren hingga kini masih memegang kuat tradisi keilmuan, adab, dan akhlak itu. Walaupun ada beragam standar keilmuan dan akhlak dari berbagai pesantren yang berbeda, tetapi dalam pesantren ada standar minimal ilmu, akhlak dan ibadah yang terus dijaga dan dipelihara dalam kehidupan sehari hari.

 

Kedua dengan memperhatikan para guru yang memiliki keilmuan dan kredibilitas akhlak yang baik atau biasa disebut dengan ‘alim dan ‘dhaabith. Kita juga bisa bertanya kepada guru-guru yang terpercaya untuk menunjukkan kepada kita guru guru tersebut.

 

 

  1. Banyak orang yang baru saja mengaji tapi sudah berani mengutip ayat suci untuk melakukan legitimasi atas fenomena di sekitarnya. Walaupun kita memang diperintah untuk berdakwah, beramat ma’ruf nahi mungkar, dan menyampaikan walau hanya satu ayat, tapi bijakkah kita untuk mudah berdalil padahal mungkin ilmu kita belum seberapa? Atau Bapak punya pendapat lain tentang fenomena ini?

 

Yang paling penting adalah berkata-kata berdasarkan ilmu. Sebab apapun yang keluar dari lisan kita akan dimintai pertanggungjawaban baik di depan manusia maupun kelak di hadapan Allah ta’ala.

Al Quran dan sunnah adalah pondasi dasar bagi setiap muslim yang seharusnya menjadi jiwa dari semua tingkah lakunya dan menjadi pengatur setiap kehidupannya. Untuk hal-hal yang sifatnya pasti dan jelas boleh-tidaknya, halal-haramnya, maka sampaikan dalil itu sesuai apa yang telah disebutkan dalam Al Quran.

 

Adapun untuk hal hal baru yang memerlukan ijtihad, maka kembalikanlah pemahaman ayat-ayat itu kepada para ulama. Bertanyalah kepada mereka yang memliki otoritas dan kredibilitas keilmuan. Kembalilah kepada buku buku mereka. Sebab para ulama yang paling tau tentang ayat-ayat Al Quran dan hadits, baik secara kuantitas jumlah ayat dan haditsnya maupun kualitas tingkat pemahamannya, dan paling mampu mengambil intisari dari berbagai ayat dan hadits yang ada.

 

  1. Pada beberapa aturan Allah yang disampaikan di dalam Al Quran, saat kita membacanya, kita seakan tidak bisa langsung memahami maksudnya. Sekalipun sudah paham, kita tidak bisa langsung mengamalkannya. Apakah itu wajar? Kalau iya, lalu apakah itu bisa mempengaruhi keimanan kita? Kalau tidak, apa solusi supaya kita bisa lebih dimampukan untuk memahami dan mengamalkan pesan dalam Al Quran tersebut?

 

Ya sangat wajar. Interaksi kita dengan nash-nash Al Quran harus berdasarkan ilmu, dan yang paling dasar adalah ilmu bahasa arab. Maka penting sekali untuk mempelajari ilmu bahasa arab dasar untuk bisa memahami bahasa Al Quran. Sebab apa yang tertuang dalam terjemah adalah pilihan terjemahan terbaik dari penerjemahnya, tapi tidak menutup kemungkinan bila ayat tersebut memiliki kandungan makna lain yang jauh lebih luas.

Seperti kata “aulia” yang sempat beredar luas pada kasus pelecehan Al Maidah ayat 51. Setelah dikaji lebih dalam, ternyata kata ini memilki makna yang sangat luas dan penjelasan yang mendalam seperti tertuang dalam kitab-kitab tafsir.

 

Solusinya adalah tidak berhenti belajar. Bacalah terjemah dan tafsir Al Quran. Belajarlah kepada para ulama. Bertanyalah kepada mereka pada hal-hal yang kita belum kita pahami. Dan jangan sekali memberikan penafsiran yang macam-macam padahal ilmu kita masih sangat terbatas.

 

  1. Dalam beberapa wacana, Islam dan ajaran yang dibawanya melalui Al Quran dituduh sebagai ajaran yang dogmatis. Padahal tidak demikian. Islam melalui Al Quran disebarkan dengan kebaikan tanpa paksaan. Lalu bagaimana cara kita membuktikan bahwa pendidikan dalam Islam bukanlah ajaran yang dogmatis seperti yang ditudingkan?

Apakah yang dimaksuda dogmatis? Kalau yang dimaksudkan bahwa Al Quran berpijak kepada prinsip-prinsip dasar yang mengakar dan tidak berubah oleh zaman dan waktu, memang begitulah adanya. Prinsip tauhid, ibadah, dan akhlak, adalah prinsip dasar dalam Islam yang harus diterima bagi mereka yang memilih untuk masuk ke dalam Islam, dan prinsip itu tidak akan pernah berubah oleh dikarenakan perubahan pikiran dan peradaban manusia. Itu adalah satu kesatuan prinsip bagi mereka yang memilih Islam sebagai jalan hidupnya.

Adapun bagi mereka yang tidak memilih Islam, maka tidak ada paksaan sama sekali. Islam menawarkan nilai-nilai kemanusian yang telah diformulasi sedemikian rupa sehingga nilai-nilai humanis itu hadir di hadapan manusia dalam bentuknya yang paling luhur.

Iman, ibadah dan Keluhuran akhlak itulah misi utama yang dibawa oleh Rasulullah sebagaimana disebutkan dalam berbagai hadits. Dan dengan misi inilah Rasulullah menyebarkan Islam sebagai rahmatan lil alamiin, rahmat bagi semesta alam.

Leave A Reply

Navigate