Visi Kesehatan Keluarga

Menjaga kesehatan fisik harus menjadi salah satu hal prioritas perhatian dalam keluarga kita. Sehebat apapun rencana kegiatan untuk anak, pasti akan berhenti ketika fisiknya tidak mendukung. Ibarat sebuah kendaraan, fisik kitalah yang berperan utama dalam bergerak. Ketika dia mogok, maka rencana-rencana sebelumnya pun menjadi terhambat.

Kejadian seperti ini beberapa kali saya alami. Pernah suatu hari di Bulan Ramadhan, saya mendapatkan undangan buka puasa bersama. Malamnya saya jadwal imam dan ceramah tarawih di sebuah mesjid. Ternyata di siang hari anak saya demam dan sakit perut, maka saya harus membawanya ke dokter. Dan karena itu saya izin tidak bisa hadir buka puasa juga tidak bisa menjadi imam tarawih.

Anak-anak yang sudah menjalani kegiatan yang produktif pun menjadi terhenti karena sakit. Misalnya, pagi berangkat sekolah, sore ke TPA, malam untuk baca iqro. Setelah sembuh, ternyata tidak mudah untuk menjalankan kebiasaan-kebiasaan itu kembali dengan baik. Apalagi kalau sakitnya lebih dari seminggu. Anak-anak jadi rewel ketika ke sekolah, malas ke TPA, dan menolak baca iqro.

Tentu saja, sudah menjadi kewajiban kita sebagai orang tua untuk menjaga kesehatan anak. Sekalipun tidak diwajibkan, perasaan hati kita yang terdalam akan terpanggil untuk menjaga dan merawat mereka.

Namun kadang ilmu dan pengetahuan kita tentang kesehatan sangat minim. Inginnya menjaga, kenyataannya malah menyakiti. Perut anak kadang menjadi penampung sampah jajanan tak sehat yang kita berikan. Kebiasaan sehari-hari pun jauh dari syarat hidup sehat. Maka saat anak sakit, seharusnya orang tualah yang pertama kali mengevaluasi tentang pola hidup sehat dalam keluarga.

Inginnya membuat anak tidak rewel dan bahagia, maka anak dibiarkan main HP sepanjang hari. Setelah matanya merah, kehilangan nafsu makan, dan kecanduan game online, barulah kita bingung mencari pengobatan dan terapi kemana-mana.

Sehat, Bugar, dan Kuat

Dalam pengertian paling sederhana, sehat berarti bebas dari penyakit, berat atau ringan. Kondisi fisik yang perlu kita ciptakan dalam keluarga adalah berusaha membebaskan diri dan anggota keluarga dari penyakit, khususnya penyakit menular. Faktor kesehatan ini banyak dipengaruhi oleh pola makan, pola istirahat, dan tradisi yang berkembang di tengah keluarga. Alangkah baiknya kita berusaha meningkatkan pengetahuan dan wawasan terkait dengan dunia kesehatan ini.

Selain sehat, kita ingin keluarga kita memiliki fisik yang bugar. Yaitu sebuah kondisi dimana kita merasakan suasana jiwa yang nyaman dan seluruh bagian tubuh kita berfungsi dengan maksimal. Tubuh kita biasanya akan berada pada kondisi bugar setelah melakukan olahraga dan tidur yang cukup.

Tidur yang cukup dan nyenyak akan menjernihkan benak dari berbagai pikiran kotor, rancu, dan tidak bermanfaat, serta memperbaiki fungsi saraf. Ia juga membersihkan jiwa dari rasa sedih, cemas, gundah, dan perasaan-perasaan tidak enak lainnya. Setelah bangun tidur, kita biasanya merasakan kegembiraan dan kenyamaan jiwa. Selain itu, tidur yang cukup dan nyenyak juga akan meningkatkan kemampuan konsentrasi dan daya ingat.

Sementara olahraga berfungsi membersihkan tubuh dari berbagai kotoran dan penyakit yang biasanya keluar bersama keringat, melancarkan peredaran darah, menguatkan otot dan jantung, memperbaiki sistem pernafasan, meningkatkan metabolisme tubuh, dan menguatkan daya tahan tubuh. Melalui kebugaran, kita mempertahankan semangat hidup kita dan meningkatkan produktifitas pemikiran dan kerja.

Kita bisa memformulasi kegiatan olahraga ini dengan mengajak anak-anak berjalan kaki pagi atau sore hari sambil menyapa tetangga, ke sekolah dengan berjalan kaki, melakukan aktifitas bersama seperti main bola, atau melakukan kegiatan peregangan ringan di rumah.

Kita juga ingin anak-anak kita tumbuh memiliki fisik yang kuat, baik dalam pengertian mampu memikul beban fisik (seperti benda) yang berat, maupun dalam pengertian mampu melakukan pekerjaan yang berat secara fisik. Memiliki daya tahan tubuh yang mampu menghadapi perubahan musim dan cuaca, terutama ketika melakuan perjalanan jauh. Misalnya saat mudik lebaran, berkunjung ke rumah orang tua yang jaraknya cukup jauh dan memiliki waktu tempuh perjalanan yang panjang.

Semua ini tentu tidak terjadi begitu saja. Berawal dari pengetahuan dan wawasan tentang kesehatan, kemudian berlanjut dengan tradisi hidup sehat yang dihidupkan dalam keluarga.

Tradisi Hidup Sehat

Pertama, Kebersihan

Hal paling utama dalam untuk menjaga kesehatan keluarga tentunya dengan menjaga kebersihan. “Buniyal Islaamu alannadhafah” Islam itu dibangun di atas pondasi kebersihan. Demikian apa yang disebutkan dalam hadits Rasulullah.

Kebersihan fisik dan lingkungan harus menjadi perhatian dalam keluarga. Kapan anak harus mandi, berapa kali dia mandi, dan bagaimana caranya mandi yang benar, penting untuk diajarkan dan dibiasakan. Pakaian yang dikenakan harus bersih dan rapi. Termasuk pakaian dalamnya. Jangan sampai anak tidak ganti baju sampai berhari hari lamanya—sehingga mengganggu dirinya dan lingkungan sekitar—sementara orangtuanya cuek dengan hal itu.

Kebersihan rumah, dapur, kamar mandi, layak untuk menjadi perhatian. Kalaupun saat ini belum maksimal, kita penting meluangkan waktu untuk kegiatan bersih-bersih. Dan tentunya ini bukan kewajiban seorang ibu dan anak perempuan saja, tetapi juga menjadi keharusan seluruh anggota keluarga. Berbagi tugaslah, supaya tidak ada yang terbebani.

Kedua, Pola Makan

Pendidikan anak tentang pola makan yang baik harus diajarkan sejak dini. Minimal tentang kaedah halal, thayyib, dan etis.

Sejak memilih makanan, pastikan makanan yang kita berikan untuk anak adalah makanan halal. Sebab itulah sumber keberkahan dalam keluarga. Jangan pernah ada sesuap makan atau seteguk air yang tidak halal masuk ke dalam perut kita, baik zatnya maupun sumbernya. Dalam jajanan anak, pastikan yang dikonsumsinya adalah halal.

Setelah halal, makanan itu harus thayyib. Baik dan segar, dengan gizi yang seimbang. Struktur nutrisi yang dikonsumsi sesuai dengan kebutuhan fisik, baik dari segi beban kerjanya maupun dari sisi usianya. Kebiasaan konsumsi makan yang buruk harus kita tinggalkan. Misalnya merokok, minum khamar, alkohol, narkotika, ataupun kebiasaan jajan berlebihan.

Pola makan yang buruk ini akan mengakibatkan kondisi pencernaan yang buruk pula. Orang dengan kondisi pencernaan yang buruk tidak dapat menjalani hidup dengan bahagia. Timbunan sampah makanan yang berlebihan di dalam usus membuat ketahanan dan fungsi organ-organ tubuh akan melemah sehingga tubuh mudah terserang penyakit.

Selain itu anak-anak perlu diajarkan adab makan dan minum sesuai tuntunan syariat Islam.

Ketiga, Pola Aktifitas

Tradisi hidup sehat mengajarkan kepada kita bagaimana mengelola hidup secara lebih seimbang: keseimbangan antara porsi kerja, istirahat, dan nutrisi.  Tradisi hidup sehat juga mengharuskan untuk melakukan segala sesuatu berdasarkan ajaran kesehatan yang benar. Misalnya mengatur pola makan, istirahat, dan olahraga dengan cara yang benar.

Anak-anak jangan sampai dibiarkan begadang karena menonton film kesukaan atau apapun. Jangan pula dibiarkan telat bangun sehingga terlambat ke sekolah, sekalipun hari libur. Sangat baik bila bisa dibiasakan tidur lebih awal, satu jam setelah shalat isya, dan bisa ikut bangun ketika shalat shubuh. Sehingga anak-anak terbiasa untuk bangun di waktu shubuh yang penuh berkah itu.

Membangun keluarga qurani memang harus berdasar ilmu pengetahuan, kasih sayang, dan tradisi kesehatan yang baik.

Leave A Reply

Navigate