Saya punya ketiga media sosial itu; FB, Tiktok dan Instagram.
Tapi rasa-rasanya ada kepuasan yang tidak tergantikan saat menulis di blog dan website pribadi seperti ini. Di blog ini ada rangkaian kalimat yang mewakili rasa dan pikiran yang dapat mengalir dengan jelas, tersampaikan dengan puas, dan terbaca dengan tuntas.
Melihat postingan selama tahun 2023, ternyata jumlah sedikit sekali, di saat dorongan untuk menulis itu sebenarnya sangat kuat.
Sebab Tidak Menulis
Ternyata akar masalahnya lebih kepada sikologis dari pada teknis.
Ada was-was yang tidak beralasan, ada pertanyaan yang tidak memerlukan jawaban, ada standar keinginan yang terlalu macam-macam, ada kekhawatiran tak berdasar karena takut diremehkan dan dikira tidak berpengetahuan.
Tidak menulis karena was-was, mau menulis apa? Ini sudah, itu sudah, ini terlalu berat, ini terlalu remeh, akhirnya tidak jadi menulis.
Doktor kok menulisnya seperti ini? Gak pantas. Harusnya kan lebih ilmiah.
Ilmiah dan tidak terkait dengan kejujuran dalam mengungkapkan, kesesuaian dengan fakta, logis dan masuk akal, dan tata bahasa yang baik.
Ini banyak tema yang harus ditulis, kenapa menulis yang ini?
Ya, inilah yang paling mengesankan di hari ini dan menarik hati untuk saya tulis
Tulisan seperti ini kan tidak bisa jadi salah satu bagian dari buku. Ceritanya pendek dan cepat selesai?
Ya mungkin saja.
Tapi memang beda antara buku dan web. Ciri utama buku adalah penjelasan yang runtut dan panjang, sementara di web sifatnya sekali baca, sehingga tulisan tidak boleh terlalu panjang dan langsung kepada intinya, dan lebih aktual. Sesuai dengan kondisi di hadapi saat ini.
Kalau pun jadi buku, sifatnya adalah kumpulan tulisan, yang tentunya beda dengan buku yang dari awal sudah disusun layaknya sistematika sebuah buku.
Kalau pun akhirnya tulisan-tulisan di web ini dikumpulkan jadi satu; maka temanya adalah warna-warni pengalaman, perasaan, dan pemikiran sepanjang tahun 2024.
Yang Tidak Terwakili
Itulah yang tidak bisa diwakili oleh ketiga platform di atas. Hanya mampu menampilkan gambar, tapi tidak bisa menggambarkan pengalaman, perasaan, dan pemikiran yang berwarna-warni dalam untaian kata-kata.
Kenapa saya merasa lebih memilih menulis di website duakhalifah ini?
- Menulis di web lebih bisa mewakili pengalaman, perasaan, dan pemikiran pribadi
Foto-foto lebih kepada sisi kenangan. Ketika sudah ada IA, kenangan itu kadang bergeser lebih ke hal hal yang artifisial dan permainan gambar.
Sementara kata-kata tetap lebih jujur dan lebih bermakna
- Menulis di web lebih bisa mengasah kepekaan hati, analisa pikiran, efektifitas kata-kata
Kepekaan menangkap suasana batin, memahami kondisi sosial, mengerti orang lain, mengasah akal dan analisa, dan akhirnya mampu mengungkap semua itu dengan kata-kata yang lugas dan jelas.
Ternyata itu tidak terjadi begitu saja. Semua perlu latihan secara rutin dan terus menerus.
Dengan membaca saya berusaha memperbanyak input yang masuk, dengan menulis saya ingin membuat jalan untuk keluarnya output yang lebih menarik dan bermanfaat.
- Saya bisa menyampaikan ekspresi yang lebih rinci dan detail, sehingga memberikan informasi yang lebih bernilai kepada pembaca.
Informasi di IG itu tidak lengkap. Lebih kepada dokumentasi gambar, tetapi terbatas dalam data. Sebab memang karakternya terbatas, dan orang di IG tidak tertarik untuk membaca rangkaian kata itu.
Padahal kata-kata itu yang akan bernilai sejarah di kemudian hari.
- Mengabadikan peristiwa agar tak hanya berakhir menjadi kenangan
Semua hal-hal yang sederhana hari ini, besok akan menjadi sejarah dan sesuatu yang luar biasa. Catatan hasil bacaan, mungkin bagi saya biasa, tapi besok bisa menjadi hal yang diperlukan dan istimewa.
Hasil bacaan itu akan menguat dan mengakar, memberi manfaat kepada diri dan orang lain.
Menulis untuk terapi diri sendiri…
Menulis untuk meningkatkan kepekaan pribadi…
Menulis untuk berbagi dengan sesama…
Menulis untuk merangkai sejarah…
Menulis saja dulu, evaluasi itu nanti
Lha, apa yang akan dievaluasi kalau tidak pernah menulis?