Ini adalah kisah dua orang anak yang tangguh dan hebat.
Yang pertama adalah kuli bangunan. Karena tuntutan ekonomi keluarga yang serba kekurangan, maka di usianya yang masih sangat belia itu ia memutuskan untuk menjadi kuli bangunan. Pekerjaannya berat dan kasar. Namun dibanding anak seusianya, ada sesuatu yang berbeda. Selain bekerja ia tetap setoran hafalan Al Quran kepada gurunya saat malam tiba.
Tapi, kapan waktunya menghafal padahal ia harus bekerja keras di lokasi kerja dan membantu orang tuanya saat kembali ke rumah? Ternyata ia menyiapkan hafalan saat di perjalanan dari rumah ke tempat ke kerjanya, dan dari tempat kerja ke rumahnya.
Ya, waktu beberapa menit ke tempat kerjanya itu ia tempuh dengan berjalan kaki dan ia manfaatkan untuk mempersiapkan hafalan. Begitu pula saat ia kembali ke rumah, ia berjalan kaki sambil murojaah. Bakda maghrib ia sudah siap untuk setoran hafalan baru.
Waktu pun berjalan, dan kini anak kecil kuli bangunan itu telah menjadi rujukan tahfiz Al Quran dari seluruh dunia. Siapa dia? Syekh Quraim Ar Rajihi. Syaikhul Qurra dari Syria. Begitulah yang dikisahkan kepada kami oleh Syekh Abdullathif Al Jazairi.
Kisah kedua adalah tentang seorang anak yang buta dan lumpuh, terlahir dari sebuah keluarga sederhana pada tanggal 1 Februari 1953 di Provinsi Qina, Mesir. Usia dua tahun ia mengalami demam yang hebat sehingga menghilangkan pandangan matanya dan melumpuhkan kakinya. Sejak saat itu ia menjadi anak yang buta dan lumpuh “Apa yang bisa diharapkan dari anak kecil yang buta dan lumpuh ini?” begitu pertanyaan orang orang yang ada di kampungnya saat itu.
Bagi mereka, suram sekali masa depan anak ini dengan kondisi fisik yang seperti ini. Tapi tidak bagi anak tersebut dan tidak bagi kedua orangtuanya. Sejak kecil ia telah memiliki semangat belajar yang sangat tinggi. Ia berusaha untuk menghafal Al Quran dengan cara mendengarkan bacaan orang lain. Ia sama sekali tidak bisa membaca langsung dari mushaf.
Dengan cara talqin hafalan dari guru akhirnya ia pun sukses menjadi penghafal Al Quran.
Lalu bagaimana dengan sekolahnya?
Dengan segala keterbatasan yang dimiliki, ia bersikeras untuk tetap sekolah. Ia belajar di Madrasah Al Azhar. Diantar dengan cara digendong oleh bapaknya, saudara, atau pamannya. Sebab ia tidak bisa berjalan sendiri. Di kelas ia hanya bisa dia mendengarkan penjelasan gurunya, tanpa bisa mencatat atau membaca buku mata pelajaran. Setiap orang melihatnya dengan penuh rasa iba dan haru. Tapi baginya, semua keterbatasan yang ada tidak boleh menghalanginya meraih cita-cita.
Satu persatu jenjang pendidikannya ia tuntaskan. Sekolah Dasar selesai. Lanjut ke sekolah menengah, kemudian sekolah lanjutan tingkat atas. Dan akhirnya tibalah masa kuliah.
Dengan rasa harap dan cemas, akhirnya kedua tuanya melepasnya untuk kuliah di Universitas Al Azhar. Program S1 Fakultas Dirasat Islamiyah selesaikan dengan cepat tahun 1979. Ia pun mengambil S1 Fakultas Ushuluddin Jurusan Tafsir tahun 1983. Disusul dengan program S2 Fakultas Dirasat Islamiyah, dan akhirnya ia menyelesaikan program S3 dan ia berhasil meraih gelar doktor dari Universitas Al Azhar dalam sidang disertasi tahun 1985 predikat summa cum laude.
Ia diangkat menjadi dosen di Fakultas Dirasat Islamiyah Universitas Al Azhar Mesir, hingga akhirnya ia diangkat menjadi Dekan Fakultas Dirasat Islamiyah. Dengan keterbatasan yang ada, ia tidak henti-hentinya berdakwah dan berkarya. Banyak buku buku yang sudah ia tulis, diantaranya: Manhajul Islam fi Tahqiqil Amn, Asbabul Irhab wa Mazhahiru ‘Ilajihi, dan banyak bukunya lainnya.
30 Januari 2015 ia kembali menghadap Allah dengan segala ilmu, karya, semangat, dan inspirasi yang ia wariskan kepada murid-muridnya dan generasi setelahnya.
Siapakah dia? Dr. Zaki Utsman, guru saya yang sangat saya cintai.
Apa yang paling membedakan Syekh Quraim Ar Rajihi dan Dr. Zaki Utsman dengan orang-orang yang lainnya? Jawabnya adalah kekuatan tekad mereka…!
Tekad adalah energi jiwa yang memberikan kekuatan untuk melakukan sesuatu. Ibarat sebuah perjalanan panjang, pikiran yang memberikan kita petunjukk arah, sementara tekadlah yang mendorong kita untuk melangkah.
Tekad merangsang dan mendorong tubuh kita untuk bergerak. Tekad mempunyai kemampuan memaksa tubuh bekerja melampaui kemampuannya yang tampak kasat mata. Saat tekad itu kuat, kelihatannya fisik kita bekerja lebih dari batas kemampuannya, namun yang sesungguhnya terjadi adalah tubuh kita beradaptasi dengan perintah-perintah tekad tadi.
Inilah yang menjelaskan rahasia kesuksesan Syekh Quraim Ar Rajihi dan Dr. Zaki Utsman, serta seluruh cerita ajaib kesuksesan yang kita saksikan dalam kehidupan.
Bagaimana bisa seorang kuli bangunan menjadi ahli Al Quran? Bagaimana mungkin orang buta dan lumpuh menjadi ulama? Bagaimana ceritanya seorang anak miskin menjadi konglomerat? Bagaimana kisahnya mahasiswa drop out menjadi seorang cendekiawan atau seorang penemu? Bagaimana seorang yang lumpuh dapat sembuh dan dapat berjalan dengan normal? Keajaiban-keajaiban itu selalu dapat dijelaskan dengan baik oleh kekuatan tekad.
Bila hari ini kita merasa lemah dan tertatih-tertatih meraih harapan, maka mereka pun dulu sama. Hanya saja, mereka tidak pernah berhenti di tengah jalan. Mereka terus menguatkan motivasi, menjaga api cita-cita itu agar terus menyala, dan tidak sedikitpun mereka berhenti melangkah. Tekad itulah yang selalu membimbing ke arah cita-citanya.
Sebab tekad adalah indikator kerbedayaan dan kekuatan pribadi. Kekuatan tekadlah yang mampu menembus dinding pembatas antara harapan dan kesuksesan. Tekad ibarat jalan tol yang memberikan keleluasaan bagi pikiran untuk menjelma menjadi tindakan nyata dalam waktu cepat. Orang orang yang memiliki tekad yang kekuatan selalu memiliki keberanian, keyakinan, kepastian, dan keteguhan dalam setiap langkahnya. Itulah yang pada akhirnya mengantarkan mereka pada kesuksesan hidupnya dan orang-orang lain bersamanya.
Tekad yang kuat adalah kendaraan tercepat kita menuju apa yang kita cita-citakan…