“Maka barang siapa mengikuti petunjuk-Ku, ia tidak akan tersesat dan tidak akan celaka.”
(QS. Thaha: 123)
Allah memberikan janji yang kuat namun sederhana: siapa yang mengikuti petunjuk-Nya, dia tidak akan tersesat di dunia dan tidak akan celaka di akhirat. Dalam ayat ini, Allah tidak menjanjikan hidup tanpa ujian, tetapi Dia menjanjikan arah yang jelas—dan keselamatan yang pasti—bagi siapa saja yang mau mengikuti jalan-Nya.
Para ulama menjelaskan bahwa yang dimaksud petunjuk Allah adalah Al-Qur’an.
Orang yang menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman akan menemukan arah dalam kegelapan hidup. Dia tahu ke mana harus melangkah, kapan harus berhenti, dan bagaimana merespons setiap keadaan. Ayat ini sebagai janji Allah: bahwa mengikuti petunjuk-Nya adalah jalan keselamatan.
Artinya, kebingungan, kegelisahan, dan kesengsaraan batin seringkali muncul bukan karena masalahnya terlalu besar, tetapi karena kita berjalan tanpa arah. Kita menjalani hidup dengan mengikuti keinginan, opini orang lain, atau tren dunia, lalu merasa kosong dan lelah di tengah jalan.
Ayat ini mengajak kita mengevaluasi ulang satu hal penting: sudahkah kita sungguh-sungguh mengikuti petunjuk Allah? Bukan hanya membaca Al-Qur’an, tapi juga memahami dan menerapkannya dalam keputusan sehari-hari. Bukan hanya mendengar nasihat agama, tapi juga menjadikannya prinsip saat diuji oleh keadaan.
Siapa yang mengikuti hidayah Allah, dia tidak akan sesat—artinya tidak akan kehilangan arah walau berada di tengah badai. Dan dia tidak akan sengsara—karena tahu bahwa semua jalan yang ditempuhnya berada dalam lindungan Allah.
Ini bukan janji manusia yang bisa berubah. Ini adalah janji dari Tuhan yang Maha Menepati. Maka jika kita ingin bebas dari kesesatan dan kesengsaraan, tidak ada jalan lain: kembali kepada hidayah-Nya, dan ikuti petunjuk-Nya dengan penuh keyakinan.