Wahyu Vs Nafsu

riyadhah bersama para santri

 

وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوٰى اِنْ هُوَ اِلَّا وَحْيٌ يُّوْحٰىۙ

“dan tidak pula berucap (tentang Al-Qur’an dan penjelasannya) berdasarkan hawa nafsu(-nya). Ia (Al-Qur’an itu) tidak lain, kecuali wahyu yang disampaikan (kepadanya)”

Hanya ada dua pilihan; ikut wahyu atau hawa nafsu. Ini pilihan yang tidak mudah, sebab harus berhadapan dengan kepentingan.

Beruntung kita dibekali dengan akal yang mampu mengikat keinginan dan mengarahkannya. Ibadah Puasa hadir untuk mendekatkan hati mengikuti wahyu Allah itu.

Pada akhirnya, kebahagiaan paling bahagia adalah ketika mampu menyesuaikan kenikmatan nafsu itu sesuai dengan petunjuk wahyu, dan memang perlu perjuangan untuk itu

Rasulullah menyatakan:

لاَيُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يَكُونَ هَواهُ تَبَعَاً لِمَا جِئْتُ بِهِ”.

”Tidaklah sempurna keimanan salah seorang di antara kalian hingga hawa nafsunya mau mengikuti apa yang aku bawa.” (Hadits hasan shahih Riwayat Al Baihaqi)

Leave A Reply

Navigate