Dengan perkembangan AI yang sangat pesat, khususnya di Chat GPT, saya sempat bertanya kepada diri sendiri; untuk apa lagi saya menulis? Toh Chat GPT dan akses informasi semakin melimpah di media sosial?
Apalagi dari segi ketertarikan, orang lebih menyukai hal-hal yang sifatnya audio-visual daripada rangkaian tulisan.
Namun walau demikian, ternyata penerbitan buku dan surat kabar itu tidak ada matinya. Di kindle dan google play book saya melihat banyak terbit buku-buku baru, dengan judul baru atau cetak ulang. Begitu pula di beberapa toko buku lainnya.
Artinya, konten video itu tidak bisa sepenuhnya menggantikan rangkaian kata-kata. Ada soal rasa yang hanya terasa dalam rangkaian kata itu tanpa bisa diwakilkan oleh audio visual tadi.
Apalagi, sehebat apa pun Chat GPT, ada tidak pernah ia miliki; yaitu pengalaman, kenangan, dan perasaan.
Itulah yang bisa saya abadikan melalui tulisan-tulisan.
Di samping itu, ada beberapa hal yang menjadi alasan kuat untuk menulis, yaitu:
- Menulis Sebagai Tanggungjawab Sejarah dan Sosial.
Sekecil apa pun, setiap hari yang saya lalui sangat berarti, berlalu membawa segala kenangan di dalamnya, merangkai cerita dan catatan sejarah di masa depan kelak.
Apa yang hari ini terlihat biasa, besok-besok akan menjadi sejarah dunia.
Menulis untuk menunaikan tanggungjawab sosial, itulah yang membuat Emha Ainun Najib bisa menghadirkan ratusan bahkan ribuan tulisan hingga saat ini. menghasilkan ratusan buku, dan tetap produktif setiap hari.
Baginya menulis bukan karena suka atau tidak suka, tapi lebih kepada tanggung jawab sosial, ada satu hal yang perlu disampaikan dan diketahui masyarakat melalui tulisan.
Ini yang membuat beliau tetap menulis bahkan di tengah larut malam, dalam keadaan paling lelah sekalipun. Ini yang sempat ia ungkapkan di buku titik nadir demokrasi dan jejak tinju sang kiai.
Berpikir dengan perspektif ini, kadang-kadang timbul juga rasa penyesalan di dalam hati.
Sudah sepuluh tahun di PPTQ Ibnu Abbas Klaten, bertemu dengan Ustadz Muin dan para guru yang hebat, merasakan banyak dinamika di pesantren yang menyenangkan maupun menyedihkan, saat-saat genting ketika tertimpa corona virus, dan seterusnya hanya tersimpan dalam memori, dan tidak dibagikan menjadi kenangan sosial.
Begitu pula di Forum Maahid dan Madaris Quran Indonesia. Banyak pengalaman dan pelajaran berharga yang akhirnya terlupakan karena tidak sempat terdokumentasikan dengan baik.
Maka, saya ingin kembali memulai menulis untuk sebagai bentuk tanggung jawab sejarah dan sosial itu.
- Menulis Sebagai Terapi dan Meditasi
Menulis adalah sebagai terapi bagi diri sendiri, mengurai banyak persoalan yang saya hadapi dan perlu diselesaikan. Baik secara keluarga, pondok, ataupun lainnya.
Saya bermeditasi, menenangkan hati, berusaha kembali menata serpihan-serpihan hidup dengan jauh lebih baik. Saya juga perlu berusaha menerapi hidup melalui aktivitas menulis.
Saya perlu jauh melihat kembali ke dalam, jauh merasuk sampai ke dasar, melihat harapan-harapan yang sempat hadir, bagaimana nasib harapan itu saya ini, mungkinkah itu benar-benar bisa nyata dan terwujud.
Saya juga perlu melihat ke depan, jauh sampai ke ujung, berbicara dengan bayangan diri saya yang ada di masa depan, apa yang bisa saya lakukan saat ini agar semuanya sesuai harapan.
Saya menulis untuk diri sendiri jauh lebih penting dari pada menulis untuk orang lain. Memeluk harapan-harapan pribadi dengan lebih kuat, menata keluarga dengan lebih baik, dan berkontribusi sosial dengan lebih berkualitas.
Saya mencari di Chat GPT apa bermeditasi dengan menulis dan bagaimana cara bermeditasi melakukan perenungan, mengaktifkan emosi yang paling dalam, dan memperluas cakrawala pikiran ketika menulis. Jawabannya sangat baik dan mencerahkan.
Tetapi semua itu tidak akan pernah saya dapatkan selama saya tidak melakukan. Informasi dari Chat GPT itu tentunya bukan untuk saya hafal, tapi lebih pada sisi motivasi agar saya bisa meluangkan waktu untuk menuangkan segenap pikiran, perasaan, dan pengalaman-pengalaman itu melalui tulisan.
Ya, pada akhirnya tidak ada yang bisa menggerakkan diri sendiri lebih baik dari pada kesadaran pribadi.
Menulis adalah salah satu alternatif terbaik untuk berkomunikasi dengan diri pribadi dan juga orang lain.