Dari Az-Zubair bin Awwam bahwasanya Nabi Muhammad Saw. bersabda, “Usaha seorang diantara kamu mengambil tali kemudian membawa kayu bakar di atas punggunya lalu ia menjualnya sehingga dengan hasil penjualan itu Allah mencukupinya, jauh lebih baik daripada ia meminta-minta kepada orang, bisa jadi mereka berikan bisa juga mereka tolak” (HR. Bukhari)
Kemuliaan Bekerja
Diriwayatkan bahwa seorang sahabat dari kaum Anshar pernah datang kepada Rasulullah Saw. meminta sesuatu. Rasulullah Saw. bertanya kepadanya “Adakah sesuatu di rumahmu?”
“Ada wahai Rasulullah, yaitu sebuah selendang yang kami pakai sebagai tempat kami duduk dan sebuah bejana untuk minum” jawabnya.
“Bawalah kepadaku kedua barang itu” perintah Rasulullah.
Maka ia pun membawa kedua barang tersebut ke hadapan beliau.
“Siapa diantara kalian yang mau membeli kedua barang barang ini?” tanya Rasulullah kepada para sahabatnya.
“Aku membelinya dengan harga satu dirham” kata seorang sahabat.
“Siapa yang mau menambah lagi?” tanya Rasulullah dua sampai tiga kali.
“Aku membelinya dengan harga dua dirham” sahut seorang sahabat yang lain.
Maka Rasulullah memberikan kedua barang tersebut kepada sahabat itu dan mengambil uang dua dirham. Hasil penjualan ini beliau berikan kepada orang Anshar tadi, sambil berpesan: “Satu dirham untuk membeli makanan keluargamu. Satu dirham untuk membeli kapak untuk mengambil kayu bakar”
“Pergilah, jual kayu bakar yang engkau ambil, dan jangan kembali kesini kecuali sampai 15 hari ke depan”
Maka pergilah sahabat ini mencari kayu bakar dan menjuallnya. Setelah 15 hari ia datang menjumpai Rasulullah sambil tersenyum dengan membawa uang 10 dirham.
Sebagian uang ini ia belikan baju dan sebagian lain untuk membeli makananan. Rasulullah Saw berkata kepadanya “Sesungguhnya ini jauh lebih baik bagimu daripada nanti kebiasan meminta-minta itu akan mengakibatkan noda hitam di wajahmu pada hari kiamat nanti. Sesungguh meminta itu tidak diperbolehkan kecuali bagi tiga orang: seorang yang benar-benar fakir, seorang yang sangat terbebani oleh himpitan hutang, dan seorang yang berkewajiban membawa diyat karena membunuh”
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ashhabus Sunan ini kita mendapati bahwa Rasulullah tidak mengizinkankan kepada orang Anshar yang miskin itu untuk mendapatkan harta zakat. Hal itu karena Rasulullah Saw. melihat bahwa orang ini masih mampu untuk berusaha. Beliau tidak serta merta memberikan uang, tapi menunjukkan pintu rezekinya.
Rasulullah tidak menyelesaikan permasalahan seorang yang meminta-minta dengan memberikan bantuan materi yang bersifat temporal, tidak menyelesaikannya hanya dengan nasehat ataupun membiarkannya begitu saja. Namun Rasulullah langsung mengajak orang tersebut untuk menyelesaikan masalahnya sendiri dengan menunjukkan apa yang seharusnya ia lakukan. Yaitu dengan memanfaatkan kemampuan yang ada sekecil apapun dan mendapatkan rezeki yang halal walaupun sedikit.
Kemandirian Para Nabi
Tidak hanya menyuruh orang bekerja, namun beliau juga memberikan sendiri contoh nyata sebuah kerja mandiri sebagai seorang penggembala kambing. Sebelum Rasulullah, para nabi juga mempunyai kerja mandiri untuk mencari nafkah, disamping menjalankan tugas mereka menyampaikan risalah. Contohnya Nabi Daud yang bekerja sebagai seorang pandai besi, Nabi Adam sebagai seorang petani, Nabi Nuh sebagai tukang kayu, dan Nabi Musa sebagai penggembala kambing.
Banyak para ulama dan ahli fiqih kenamaan yang ilmunya sangat luas dan hasil karyanya masih bertahan hingga kini terkenal dengan profesi yang mereka jalani. Sebutlah diantaranya Adz-Dzahabi (tukang emas), Al-Bazzar (tukang tanaman), Al-Qaffal (tukang kunci), Az-Zajjaj (tukang kaca), Al-Qaththan (pembuat katun ) dan ulama-ulama lainnya.
Sesungguhnya seorang muslim dituntut untuk berusaha dan bekerja keras. Kemandirian adalah senjata pertama dalam memerangi kemiskinan dan menjadi sebab utama dalam mendapatkan kekayaan dan memakmurkan bumi sebagai tugas manusia. Bentuk tawakkal kepada Allah bukanlah dengan berpangku tangan dan tidak bekerja sambil menunggu turunnya rezeki dari langit. Kerja keras sama sekali tidak menghilangkan makna tawakkal itu, sebab kerja keras sendiri adalah bagian dari perintah dan ketentuan Allah yang mesti dijalani. Kadangkala ada orang yang memang aslinya dia malas bekerja, tapi dia mengatasnamakan tawakkal.
Berusaha Menjadi Solusi
Suatu ketika seorang ulama, Syaqiq Al-Balkhi, pernah ikut dalam sebuah ekspedisi perdagangan. Namun tidak berapa lama kemudian, Syaqiq Al-Balkhi telah kembali dari perjalanan tersebut.
Melihat Syaqiq sedang berada di Masjid, Ibrahim bertanya dengan heran:
“Bukankah seharusnya engkau saat ini dalam perjalanan dagang? Mengapa sekarang berada di sini?”
“Aku melihat sebuah hal menakjubkan dalam perjalananku, yang membuatku segera kembali dan tidak melanjutkan perjalanan lagi” jawab Syaqiq.
“Baik. Apa engkau lihat?”
“Ketika tiba di suatu tempat untuk beristirahat, aku melihat di tempat itu ada sebuah burung yang buta dan tidak bisa terbang”
“Aku berpikir, bagimanakah burung yang buta dan tak bisa bergerak ini bisa bertahan hidup di tempat terpencil seperti ini”
“Tidak berapa kemudian datanglah seekor burung lain yang terbang membawa makanan dan menyuapi burung buta tersebut. Berkali-kali hal itu ia lakukan”
“Aku berpikir, sesungguhnya Dzat yang memberi rezeki kepada burung ini di tempat seperti ini pasti mampu memberi aku rezeki. Maka akupun kembali saat itu juga” ujar Syaqiq Al-Balkhi.
“Engkau sungguh mengherankan, wahai Syaqiq” kata Ibrahim
“Mengapa engkau ingin menjadi burung buta yang tidak bisa bergerak itu, yang hidup dengan belas kasihan dan pertolongan orang lain, dan tidak ingin menjadi burung yang mampu berusaha untuk dirinya sendiri dan bisa membantu orang lain? Tidakkah engkau mengetahui bahwa tangan di atas jauh lebih baik daripada tangan yang di bawah?”
Syaqiq segera berdiri dan mencium tangan Ibrahim bin Adham
“Engkau benar-benar guru kami wahai Abu Ishaq”
Syaqiq pun segera kembali berniaga dan melanjutkan perjalanan dagangnya.
Demikianlah. Sesungguhnya Allah telah menjadikan bumi ini untuk kepentingan manusia, memberkahinya dengan aneka karunia dan rezeki yang berlimpah. Namun telah menjadi sunnatullah bagi para makhluk-Nya, bawa rezeki dan karunia yang telah ia tentukan tidak akan dapat diperoleh kecuali dengan usaha dan kerja keras.