Catatan Peserta Musyawarah Ulama dan Tokoh Nasional

Di Ruang Dwangsa, Hotel Lor In Solo, acara musyawarah ini dilaksanakan. Sabtu, 6 April 2019 H.

Resolusi Musyawarah Ulama dan Tokoh Nasional, itulah hasilnya. Untuk menguatkan pakta integritas yang pernah ditandatangani oleh Bapak Prabowo pada ijtima ulama beberapa waktu yang lalu.

Tapi bagaimanakah dinamika diskusi dan pembicaraan sebelum lahir resolusi itu?

Inilah sedikit catatan yang ingin saya sampaikan pada kesempatan ini, sebagai salah satu peserta yang hadir dalam acara tersebut.

Sebagai rakyat, kita mempunyai hak penuh, secara legal dan konstitusional, untuk memilih siapa pemimpin yang ia kehendaki. Melihat fakta dan fenomena yang ada dari media massa dan media sosial, masyarakat Indonesia sangat ingin ada perubahan kepemimpinan di negeri ini. Terbukti, sosialisasi dan kampanye pasangan 02 selalu ramai dengan ribuan bahkan ratusan ribu yang hadir, sementara 01 selalu sepi. Kalaupun ramai, banyak massa dari luar kota. Rakyat ingin #2019GantiPresiden.

Hadirnya kesadaran umat ini tidak lepas dari peran para ulama sebagai pemimpin non formal di tengah masyarakat. Hati rakyat berada dalam kuasa dan kendali mereka. Maka kehadiran para ulama dalam menggalang dukungan untuk Bapak Prabowo dan Sandiaga Uno memiliki peran yang sangat penting.

Seperti kata Ust Muin yang berkali-kali menekankan di berbagai tempat:
“Kita sudah menang. Yakin itu. Ulama sudah bergerak all out memberikan dukungan. Dan pasangan yang mendapat dukungan ulama pasti menang.”

“Kita ingin ulama dan umat menyongsong kemenangan ini dengan memastikan bahwa presiden terpilih ke depan memang kemenangan umat. Dan dia akan bersama umat, akan bersama ulama dalam menjaga NKRI dan kedaulatan Indonesia.”

Menjadi Pemberani
Karena hak kita untuk memilih dijamin oleh konstitusi, maka kita harus berani. Berani menentukan pilihan, berani melawan kecurangan.

“Capek jadi orang penakut,” kata Ust Irfan S. Awwas, Amir Mujahidin.

“Kita itu sudah terlambat mempersiapkan diri menjadi pemimpin negara” kata Ust Irfan lagi.

Kelompok-kelompok lain sudah jauh-jauh mempersiapkan kader-kader mereka.

Maka, selain berani melawan kezhaliman, harapan Ust Irfan, seharusnya para ulama dan pimpinan pondok mempersiapkan santri mereka untuk menjadi pemimpin di negeri ini.

Hal yang sama ditekankan juga oleh Prof. Zaenal, guru besar fakultas kedokteran UNS.
Keberanian itu sesungguhnya sudah menjadi jati diri bangsa Indonesia.

“Warna benderanya merah itu putih. Merah itu artinya berani. Berani apa? Berani Benar. Berani benar itu artinya berani beda”  kata Prof Zaenal.

Orang berani itu tidak ikut-ikutan. Orang berani itu berani beda untuk menyuaran apa yang ia yakini benar.

Bagi saya, kata-kata ini menjadi suntikan semangat yang luar biasa.

Tiga Momentum

“Dalam Pilpres 2019 ada tiga momentum penting yang harus kita manfaatkan dengan baik” kata Ust Aris Munandar, ketua DDI.

“Ketiga momentum itu adalah momentum persatuan umat, momentum kesiapan umat untuk dipimpin ulama, dan momentum tumbuhnya ghirah jihad di hati umat”

Ulama memiliki peran penting dalam menentukan arah kepemimpinan bangsa. Umat pun menaruh kepercayaan dan harapan tinggi kepada ulama. Maka hendaklah ulama bisa berjuang mengarahkan umat memilih pemimpin terbaik untuk bangsa ini.

Kondisi ini menuntut partisipasi aktif dan nyata para ulama dalam kemenangan.

Inilah poin penting yang saya tangkap dari penjelasan Ust Aris.

*Blunder Quraisy Sebelum Fathu Makkah*

Belajar dari Fathu Makkah, ternyata kemenangan itu hadir setelah blunder-blunder yang dilakukan orang quraisy.

Demikian kata Ust Zaitun Rasmin, Ketua Ulama Salafi Asia Tenggara.

Apa saja blunder quraisy itu?
1. Melarang kaum muslimin umrah. Padahal mereka datang dengan damai tanpa senjata. Sehingga mereka mengirimkan sahabat Utsman untuk bernegosiasi.
2. Menahan sahabat Utsman bin Affan, bahkan sampai tersebar kabar ia dibunuh. Ini menyebabkan sahabat melakukan sumpah setia siap mati dalam Bai’aturridwan
3. Ini menyebabkan orang quraisy terpaksa mengutus Suhail bin Amr untuk bernegosiasi hingga lahirlah Perjanjian Hudaibiyah. Seakan kaum muslimin didikte dalam perjanjian itu, tapi ternyata isinya memberi keuntungan bagi kaum muslimin
4. Gencatan senjata dan minta damai selama 10 tahun. Ini keuntungan yang besar bagi kaum muslimin. Islam adalah agama damai. Maka setiap ada tawaran damai, mereka selalu mengulurkan tangan. Dan dalam 10 tahun umat Islam bisa menyebarkan islam dengan jauh lebih luas
5. Kesepakatan orang Mekah yang ke Madinah harus dikembalikan ke Mekah. Sementara orang Madinah yang ke Mekah tidak dikembalikan ke Madinah.

Ini keuntungan bagi kam muslimin, sebab kalau itu terjadi, maka dapat membersihkan shaf mereka dari para pengkhianat. Siapa yang meninggalkan Madinah dan datang ke Mekah, biar saja dia Mekah. Bersama sekutu orang quraisy di sana.

Dan saat ini, kita melihat banyak blunder yang dilakukan oleh pemerintah. Ini menjadi pertanda kemenangan, yang semakin menunjukkan bahwa kemenangan semakin dekat.

*Pemilu Damai vs Pemilu Jujur dan Adil*

Istilah yang banyak dipopulerkan saat ini adalah “Pemilu Damai”. Padahal yang paling penting adalah pemilu yang langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil. Luber dan Jurdil.

Sebagai umat islam kita tentu cinta damai. Seperti kita mencintai kejujuran dan keadilan.

Kita tidak ingin kata “damai” dimanfaatkan untuk menutupi kecurangan-kecurangan yang dilakukan saat pemilu, lalu kita tidak boleh protes karena untuk menjaga kedamaian.

Kita sangat berharap pemilu ini berlangsung damai, sebagaimana kita juga berharap dapat berlangsung dengan jujur dan adil.

Demikian inti pesan dari Ust. Aris, Ust Zaitun, dan Ust Muin.

*Tafsir Kebangsaan*
Dalam Surah An Nur ayat 55, Allah sudah berjanji akan memberikan kemenangan kepada oang-orang beriman dan beramal shaleh.

“Dalam konteks keindonesiaan, Iman itu adalah Ketuhanan yang Maha Esa. Tauhid!” kata Ust Bahtiar Nasir.

Sementara ‘Amilushalihaat” adalah mewujudkan keempat sila berikutnya, yaitu:
Mewujudkan Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan Perwakilan, dan Mewujudkan Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia”

*Kita Sudah Menang*
Tanggal 17 April kita serukan kepada umat “Hayya ‘alal Falah”

Sebagaimana kita merdeka dari Belanda tanggal 17 Agustus, kita pun akan merdeka dari penjajahan ekonomi dan penguasaan asing tanggal 17 April, dengan spirit 17 rakaat sehari semalam.

Itu pesan spirit kemenangan dari Ust Fadhlan Garamatan dari papua.

Dari pertemuan yang diikuti oleh banyak kelompok dan organisasi, lahirlah resolusi musyawarah ulama dan tokoh nasional yang dibacakan oleh Ust Muin, ketua Dewan Syariah Kota Surakarta.

Resolusi Musyawarah Ulama ini disampaikan oleh Ustadz Muin langsung kepada Bapak Prabowo saat kampanye Akbar di Lapangan Sriwedari Solo, 10 April 2019, kemarin.

Inilah poin poin inti dari resolusi tersebut:

Ulama dan Tokoh Umat Islam bermusyawarah di kota Solo pada tanggal 1 Syaban 1440
H bertepatan tanggal 6 April 2019, menyatakan dan menyerukan kepada ulama, ummat dan
calon pemimpin Nasional hasil ijtima’ ulama sebagai berikut:

1. Memperkuat dan mempertegas dukungan kepada pasangan capres-cawapres 02
Prabowo Sandi demi keselamatan dan kedaulatan bangsa serta mewujudkan
kesejahteraan untuk seluruh rakyat Indonesia.
2. Selalu menjaga stamina kedekatan diri kepada Allah, dengan ikhlash untuk-Nya dan
bertawakkal kepada-Nya, selalu berpegang teguh dengan hidayahNya, konsisten dengan
syariat Allah,karena pertolongan hanya dari Allah,dan tujuan perjuangan untuk beribadah
kepada Allah.
3. Menyerukan kepada para ulama dan tokoh ummat untuk lebih bersatu dalam perjuangan
dan terus bekerja keras penuh pengorbanan menyongsong kemenangan.
4. Menyerukan kepada KPU dan Bawaslu agar dapat menyelenggarakan pemilu/pilpres
dengan jujur, adil dan transparan.Juga kepada aparat keamanan (TNI/Polri) dan ASN
untuk menjaga netralitas sehingga tidak menimbulkan potensi konflik di masyarakat.
5. Mengingatkan kepada Prabowo-Sandi yang insyaa Allah akan memimpin Indonesia lima
tahun kedepan agar menepati pakta integritas ijtima’ ulama dan selalu memperhatikan
bimbingan dan masukan para ulama.
6. Menyerukan dan mengingatkan kaum muslimin agar menggunakan hak pilihnya dan tidak
golput yang mengakibatkan terpilihnya pemimpin-pemimpin yang tidak amanah dan tidak
cakap serta menguntungkan pihak asing atau pihak yang membahayakan kedaulatan
bangsa dan negara.
7. Menyerukan kepada ummat Islam secara umum dan laskar keummatan secara khusus
untuk menjaga dan mengawal suara rakyat dari TPS-TPS hingga KPU pusat.

Silahkan download file lengkap hasil resolusi  Hasil Resolusi Ulama dan Tokoh Nasional

Leave A Reply

Navigate