Keridhaan semua manusia mustahil bisa diraih.
Ketika kita berbuat baik, orang-orang jahat pasti tidak suka. Ketika kita berbuat jahat, orang-orang baik pasti tidak akan suka. Akan ada orang yang bertepuk tangan gembira, di saat sekelompok orang mengerang dengan marah.
عَنْ عَائِشَةَ رضي الله عنها قَالَتْ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ( مَنِ الْتَمَسَ رِضَى اللَّهِ بِسَخَطِ النَّاسِ ، رَضِيَ الله عَنْهُ ، وَأَرْضَى النَّاسَ عَنْهُ ، وَمَنِ الْتَمَسَ رِضَا النَّاسِ بِسَخَطِ اللَّهِ ، سَخَطَ اللَّهُ عَلَيْهِ ، وَأَسْخَطَ عليه الناس ) رواه ابن حبان
Dari Aisyah radhiallahu anha ia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda, “Siapa yang mencari ridha Allah walaupun manusia benci kepadanya, Allah akan meridhainya dan membuat manusia menjadi ridha kepadanya. Dan barangsiapa yang mencari keridhaan manusia dalam kebencian Allah, maka Allah membencinya, dan membuat manusia menjadi benci kepadanya” HR. Ibnu Hibban.
Hadits ini menerangkan tentang sikap seorang muslim yang menjadikan ridha Allah sebagai tujuan utama hidupnya. Hatinya kuat, keyakinannya teguh. Ia tidak mau menukar keridhaan Allah dengan keridhaan manusia. Ia tidak mau dirinya dipenuhi puji-pujian, sementara Allah murka kepadanya.
Allah ridha, cukuplah itu sebagai sebuah keberuntungan. Allah murka, cukuplah itu sebagai sebuah bencana.
Keridhaan semua manusia mustahil bisa diraih. Ketika kita berbuat baik, orang-orang jahat pasti tidak suka. Ketika kita berbuat jahat, orang-orang baik pasti tidak akan suka. Akan ada orang yang bertepuk tangan gembira, di saat sekelompok orang mengerang dengan marah.
Orang-orang quran quraisy pernah memberikan tawaran damai kepada Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam
“Wahai Muhammad, bagaimana kalau kita damai saja. Kita saling menghargai dan bersikap toleran. Tahun ini engkau menyembah tuhan kami, di tahun berikutnya kami menyembah tuhanmu. Begitu seterusnya, kita gantian” begitulah tawaran orang-orang quraisy.
Maka Allah pun menurunkan Surah Al Kafirun yang menegaskan:
1). Katakanlah: Hai orang-orang kafir
2). Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah
3). Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah
4). Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah
5). Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah
6). Untukmu agamamu, dan untukkulah agamaku
Ayat-ayat ini menegaskan bahwa untuk urusan keyakinan tidak pernah ada tawar menawar.
Tauhid Harga Mati
Surat ini adalah perintah dari Allah untuk bersikap tegas dalam keyakinan dan berlepas penuh dari kekafiran. Perwujudan ketegasan itu ada dalam kalimat tauhid La ilaaha illallahu Muhammadur Rasulullah. Tidak ada yang berhak disembah selain Allah dan tidak ada cara dalam proses penghambaah itu kecuali apa yang dibawa oleh Rasulullah. Itulah makna kalimat Tauhid sebagaimana disebutkan oleh Ibnu Katsir dalam tafsirnya .
Ayat ini menunjukkan tentang posisi keimanan dan keyakinandalam islam. Juga menunjukkan kepada seluruh umat manusia bahwa loyalitas kepada Allah dan Rasulnya lebih tinggi daripada apapun. Loyalitas ini dibuktikan dengan kesetiaan, cinta, pengorbanan, perlindungan, dan pertolongan dalam menjaga agama Allah.
Dengan banyak cara, para musuh Islam akan terus memerangi kaum muslimin agar keluar dari agamanya. Baik itu dengan cara yang halus maupun dengan cara yang kasar. Tak pernah berhenti tipu daya mereka untuk membawa kaum muslimin keluar dari keyakinannya. Ini perjuangan yang berat.
Allah mengingatkan tentang beratnya perjuangan ini dengan menyatakan “Walâ tamûtunna illâ wa antum muslimûn” dan janganlah kalian mati kecuali dalam keadaan muslim.
Kalau sudah soal keyakinan dan tanggungjawab kepada Allah, tidak boleh ada kompromi. Lakum dînukum waliya dîin. Bagiku agamamu, dan bagiku agamaku.
Orang yang takut mempertahankan keyakinannya karena takut penilaiaan dan cemoohan orang lain bisa terjebak masuk ke dalam wilayah abu-abu. Munafik. Mereka tidak ikut ke golongan orang-orang muslim, tidak juga ke golongan orang-orang kafir. Dalihnya bisa bermacam-macam: sikap netral, ilmiah, moderat, atau apapun. Padahal bersikap abu-abu di saat perang dan kaum muslimin memerlukan bantuan, sama saja dengan melemahkan kaum muslimin dan menguatkan orang kafir.
“Humul ‘Aduwwu Fahdzarhum” Mereka adalah musuh. Hati-hatilah. Begitu peringatan Allah dalam Surah Al Munafiqun.
Prinsip Hidup
Diantara manusia ada orang-orang yang berakal dan punya prinsip. Mereka meninggalkan hal-hal yang sia-sia dan tidak bermanfaat. Apabila ada orang yang mengejek mereka dan menyampaikan ucapan yang tidak pantas, mereka berpaling dan tidak membalasnya dengan ucapan buruk yang serupa. Tidak ada yang keluar dari mereka kecuali kalimat-kalimat yang baik.
Hal ini diterangkan dengan jelas dalam surah Al Qasas ayat 55, “Dan apabila mereka mendengar perkataan yang tidak bermanfaat, mereka berpaling daripadanya dan mereka berkata: “Bagi kami amal-amal kami dan bagimu amal-amalmu, kesejahteraan atas dirimu, kami tidak ingin bergaul dengan orang-orang jahil”
Ayat ini menunjukkan, bahwa tidak semua pertanyaan harus dijawab, tidak semua ucapan harus ditanggapi. Kadang-kadang cara terbaik dalam menanggapinya adalah dengan tidak menjawabnya.
Ayat ini juga memberikan nasehat bahwa saat kita punya prinsip, tak perlu takut untuk berbeda dengan orang-orang yang tidak paham mengerti. Ada hal yang memang penting untuk diperhatikan dan diperjuangkan dalam hidup, sementara orang-orang belum memahami. Di sinilah bersabar dalam kebenaran menjadi sebuah keharusan bagi seorang yang mengajak ke jalan Allah
Ridha Allah Yang Paling Utama
Urusan politik terbukti telah banyak mengubah orang. Kepentingan bisnis telah membuat orang nekat menerjang apapun. Janji dan ancaman banyak mengubah haluan hidup banyak orang hebat.
Kita pun bisa melihat mereka. Ada orang-orang yang menjari harapan dan panutan umat, akhirnya tersungkur jatuh mendukung kebatilan karena janji manis yang disertai ancaman serius. Saat ia memutuskan untuk mendukung, janji manis itu tidak ia dapatkan, sementara ancaman itu benar-benar menimpanya. Umat terlanjur kecewa atas kemunafikan yang ia pertontonkan.
Sementara ada orang lainnya yang babak belur ditimpa kasus, diancam dengan saat berat, sekaligus mendapatkan iming-iming harta dunia yang menggirurkan, tapi tetap teguh dalam prinsip, walaupun harus mati dalam prinsip itu, menjadi mulia di hadapan manusia dan menggetarkan musuh-musuhnya.
Pilihan ini tentu bukan hal yang mudah, kecuali bagi orang-orang yang hatinya penuh rasa khusyu’ dan takut kepada Allah. Rasa takut itulah yang menghadirkan keberanian. Keberanian yang mampu menghantam gelombang dan meluluhlantakkan gunung-gunung kebatilan.
Kepentingan itu kadang menutup mata dari kebenaran. Dan kebenaran di depan mata tidak serta merta menjadikan seseorang mengikutinya, bahkan ketika dipaksa sekalipun. Harus ada hidayah yang menguatkan hati untuk menegakkan kebenaran itu.
Maka Baginda Rasulullah telah mengajarkan doa untuk meneguhkan hati ini.
Allahuma arinal haqqa haqqan warzuqnattiba’ah wa arinal bathila bathilan warzuqnajtinâbah.
Ya Allah perlihatkanlah kepada kami yang benar adalah benar, dan karuniakanlah kami kemampuan untuk mengikutinya, dan perlihatkanlah kepada kami kebatilan itu adalah batil dan berilah kami kemampuan untuk menghindarinya.
Dalam persimpangan jalan kehidupan, kadang kita dihadapkan pada dua pilihan dan kita harus memilih. Orang yang paling beruntung adalah orang yang selalu memenangkan Allah dalam pilihan-pilihan itu.