Bekerja Melukis Cinta

Ibu Bapak bercita-cita punya anak penghafal Al Quran, itu hebat banget.
Di rumah dibuat jadwal untuk tilawah, menghafal, sampai murojaah bareng, itu dahsyat luar biasa.
Anak-anak dimasukkan ke pondok tahfiz dan ikut dalam lembaga penghafal Al Quran, itu keren sekali.
Tapi hebat, lebih dahsyat, dan lebih keren lagi, kalau bapak ibu bisa menginstall rasa cinta Al Quran di hati anak-anak.
Rasa cinta itu yang akan menjadi motivasi anak untuk terus melaju belajar, menghafal, dan mengamalkan Al Quran.
Mungkin mereka tidak bisa secepat Tabarak, Yazid, Zaina, Kamil, Ahmad dan Fajar, dalam menyelesaikan hafalan di usia dini.
Tetapi kecintaan itu yang akan terus menuntun mereka ke arah sana.
Bahkan, walaupun sampai masuk perguruan tinggi ternyata mereka mampu menyelesaikan hafalan, kecintaan kepada Al Quran itulah yang akan membuat mereka menikmati berlama-lama dengan Al Quran, akrab bersama Al Quran. Sebab menghafal Al Quran adalah pekerjaan seumur hidup.
Rasa cinta inilah yang akan menjadi energi dan daya dorong yang sangat hebat dalam hidupnya. Dan Al Quranlah yang akan menuntunnya untuk selalu bahagia.
Pikirannya tercerahkan, hatinya tenang, akhlaknya pun mulia.
Pada akhirnya tepuk tangan itu akan hilang. Sorak sorak bergembira itu akhirnya redup. Tepukan dan pujian tidak lagi terdengar. Nilai-nilai yang tinggi akan tertinggal di kertas. Orang-orang tua yang mendidik anak untuk mendapatkan semua itu pada akhirnya tidak akan mendapatkan apa-apa.
Yang tertinggal adalah sesuatu yang paling mendominasi relung hatinya. Dan itulah cinta. Entah kepada apa dan siapa.
Cinta
Lalu bagaimanakah menumbuhkan rasa cinta itu?
Salah satunya dengan melukiskan kenangan yang indah bersama Al Quran dalam salah satu episode perjalanan panjang hidup anak.
Saat anak berusia belia, itulah saat paling tepat bagi kita melukisnya.
Kenangan indah itu, bisa berupa masa-masa yang mengesankan saat menghafal, lingkungan yang kondusif, kegiatan-kegiatan yang menyenangkan, teman-teman yang rajin, dan guru yang peduli dan perhatian.
Pada akhirnya memori indah bersama Al Quran di hati anak itu akan melahirkan cinta tilawah, rindu murojaah, kangen tadabbur, dan menikmati saat-saat bersama Al Quran.
Dan rahasia-rahasia Al Quran pun terbuka ketika kita memberikan banyak waktu bersama Al Quran.
Dari sisi cinta ini, kita jadi bisa memahami mengapa para ulama tahan berlama-lama bersama Al Quran, lalu terbukalah keberkahan dan produktifitas dalam hidup mereka.
Target
Selesai target hafalan kelas, itu harus dan wajib. Tapi itu hanya salah satu tujuan kecil yang ingin kita kejar.
Ada tujuan yang lebih besar dari itu, yaitu mekarnya cinta di hati anak kita. Ini tentu perlu sinergi antara rumah dan sekolah. Terutama antara ayah bunda dan guru tahfiz ananda.
Ayah Bunda siap bersinergi mengukir cinta itu? Ayo mari kita bersama-sama…
*DuaKhalifah.Net*

Leave A Reply

Navigate