Diantara nasehat guru kami, Ust. Mu’in, dalam rapat pimpinan yang sempat saya catat dan selalu saya ingat adalah: hendaklah setiap kita; guru, musyrif, muhaffiz, dan seluruh pegawai, berlomba-lomba untuk dekat dengan santri, memberi perhatian dan pelayanan yang terbaik, dan melakukan pembimbingan dan pembinaan yang baik untuk kesuksesan mereka di pondok ini.
Santri ibarat tanaman yang kita rawat dan pelihara, sementara alumni adalah buahnya. Bagaimana usaha kita merawat dan memeliharanya, begitulah yang akan tampak pada buahnya. Dan ukuran kesuksesan itu terlihat pada kedekatan alumni dengan almamaternya, dan kesetiaan mereka pada warisan pemikiran dan nilai nilai yang telah diajarkan.
Bagaimana mewujudkannya? Dengan memperhatikan 5 nilai pendidikan: Ikhlas, Itqan, Ihsan, Ihtirom, dan Ihtimam.
Ikhlas artinya beramal karena Allah, berusaha memberikan yang terbaik, menjadikan pondok ini sebagai tempat penerapan nilai-nilai Islam secara kaffah.
Itqan artinya berusaha menyelenggarakan proses pendidikan yang terbaik, dengan standar mutu yang unggul, dan pengelolaan manajemen yang profesional.
Ihsan artinya berusaha memberikan pelayanan yang terbaik. Ihtirom berarti membudayakan sikap saling menghormati satu sama lain. Dan ihtimam artinya memiliki kepedulian yang tinggi.
Semua ini dibingkai oleh perasaan kasih sayang.
Ya. Rasa kasih sayang ini yang hendaklah mendominasi segala aktivitas kepengasuhan dan pembimbingan yang ada.
Kasih sayang dalam pembimbingan tahfiz…
Kasih saya dalam pembelajaran di kelas…
Kasih saya dalam pembentukan akhlak…
Kalaupun ada yang salah, maka berlakulah dengan adil. Yaitu menempatkan sesuatu pada tempatnya. Kalau pun harus menghukum, hukumlah dengan adil: sesuai prosedur, tidak berlebihan, dan tetap dalam bingkai kasih sayang.
Begitu pula kepada wali santri. Hendaklah setiap guru berinteraksi dengan penuh kasih sayang, adil, dan Ihsan. Berkomunikasi dengan baik, bersikap adil dan menempatkan sesuatu sesuai aturan, dan tetap berlaku Ihsan.
Demikian pula dari wali santri ke pondok. Kami berharap proses interaksi dan komunikasi berjalan dengan penuh kasih sayang, adil, dan Ihsan. Tidak berburuk sangka kepada guru, musyrif, muhaffiz.
Berusaha menyampaikan pemikiran dan perasaan dengan semangat perbaikan dan keadilan; tidak melakukan pembelaan berlebihan saat anak terbukti salah dan tidak sesuai prosedur. Atau dengan diam-diam atau terang-terangan; sendiri atau bersama anak ;berusaha melanggar peraturan yang telah ditetapkan sehingga menyusahkan ustadz dan ustadzah yang menjadi pengelola.
Nah…
Sebagai keluarga besar, hendaklah sikap kasih sayang, adil, dan Ihsan, yang menjadi nilai dasar interaksi dan komunikasi.
Sebab tujuan kita sama: mewujudkan generasi gemilang yang berjaya dengan Al Qur’an.