Alhamdulillah. Syukur Kepada Allah.
Kegiatan belajar khatam Murojaah bersama 30 Juz dalam sehari, akhirnya sukses juga.
Ini Istimewa. Sebab jarang sekali kami melakukannya. Berbeda dengan para santri dan kiai dari pondok-pondok salaf. Setiap hari bisa khatam baca 30 juz. Dengan hafalan pula. Saya dan teman teman masih perlu banyak belajar dan berlatih untuk lebih dekat dengan Al Quran.
Dan memang harus banyak waktu bersama Al Quran.
Untuk tilawah, tadabbur, murojaah, tafsir, mestinya ada waktunya masing-masing.
Sehingga tidak lagi membanding-bandingkan. Misalnya: Tilawah melihat mushaf lebih baik daripada hafalan. Atau membaca dengan hafalan lebih utama dari tilawah binnazhar. Atau tilawah dengan tadabbur lebih baik, walaupun waktunya lama. Daripada mengejar cepat khatam. Padahal saat khatam itu adalah waktu mustajab doa. Artinya kalau mau doa mustajab, sering-seringlah khatam.
Dan seterusnya banyak perbedaan lainnya.
Seakan waktu bersama Al Quran itu benar-benar terbatas. Sehingga kita harus memilih. Atau menganggap seseorang lebih baik amalannya dibanding yang lain, karena dia mengamalkan yang ini, sementara yang satu lagi mengamalkan yang lain.
Padahal semua itu memiliki keutamaan masing-masing.
Ada waktunya tilawah melihat mushaf. Ada waktunya membacanya dengan hafalan saat shalat malam. Perlu ada waktu juga untuk membaca dengan penghayatan dan perenungan yang mendalam. Sama seperti pentingnya juga meluangkan waktu menyelami kedalaman makna Al Quran dari buku-buku tafsir karya para ulama. Juga penting untuk adanya wirid quran harian, sebagaimana dulu Rasulullah melazimkan membaca surat-surat tertentu setiap malam
Semua itu ada waktunya, dan semuanya dapat kita lakukan. Kata kuncinya satu: Cinta. Ingin selalu bersama Al Quran. Dan tidak mau berpisah darinya.
Dalam bahasa Ibnu ‘Athaillah As Sakandari dalam kitab Al Hikam, “lamma ‘alima minkal malal, lawwana lakat tha’aat” Ketika Allah mengetahui darimu ada rasa bosan, maka Dia memberikan variasi ketaatan.
Lebih penting dari amal adalah keistiqamahan dalam melakukannya. Dan itu hanya bisa terjadi, kata Ibnu Qayyim Al Jauziyyah, bila ada dua: Al Mahabbah dan Ta’zhimul Awaamir wan Nawaahi; Rasa Cinta dan Pengagungan terhadap Perintah dan Larangan.
Selama di hati ini ada cinta, maka keistiqamahan akan terbangun dengan sendirinya. Selama ada pengagungan terhadap perintah dan larangan, karena rasa cinta dan takut kepada yang memerintah dan melarang, maka selama itu pula akan terus dilakukan.
Variasi Interaksi Bersama Al Qur’an.
Tujuan utamanya ada tiga: Menguasai, Memahami, dan Mengamalkan.
Mungkin sangat sulit atau bahkan mustahil meraih kesempurnaan, tapi paling tidak ada usaha menuju ke arah sana.
Maka yang terpenting niat utamanya mau apa dulu?
Apakah mau menyelesaikan hafalan, mengecek hafalan, memperlancar yang belum lancar, tadabbur dan merenungi kandungan makna, menemukan dalil hukum dan inspirasi pengetahuan, menggali kisah-kisah umat terdahulu dan prediksi masa depan, atau yang lainnya?
Niat dan tujuan itu yang akan membagi fokus dan juga prioritas waktu.
Kalau ingin mengecek dan memverifikasi hafalan; baik dari kuantitas maupun kualitas, mendeteksi bagian mana yang perlu diperlancar dan harus lebih banyak diulangi, maka cara terpenting adalah membaca dengan hafalan dari awal sampai akhir.
Sebab menghafal Al Quran adalah tanggung jawab sampai mati. Sekali menghafal, tidak boleh dilupakan. Maka harus terus diulang-ulang. Rasulullah menegaskan dengan keras dalam hal ini:
عُرِضَت عَليَّ ذنوب أُمَّتي، فلم أرَ ذنبًا أَعظَمَ مِنْ سُورَة مِنَ القرآن، أو آية أوتِيها رَجُلٌ، ثم نَسِيَها».
“Diperlihatkan kepadaku dosa-dosa umatku, tidak ada dosa paling besar yang aku lihat daripada satu surah atau ayat dari Alquran yang dihafal oleh seseorang lalu dia melupakannya.”
Statusnya haditsnya Dha’if, Riwayat oleh Abu Daud dari Anas bin Malik.
Disamping keberkahan yang melimpah ketika menjaga Al Quran, ada juga ancaman yang besar saat meninggalkannya.
Variasi Murojaah
Keberkahan Interaksi diliputi oleh keindahan, saat tilawah, tahfiz, murojaah, tadabbur, maupun tafsir. Murojaah terindah itu di dalam shalat. Apalagi sampai bisa khatam dari awal Al Baqarah sampai akhir An Naas.
Tentunya itu perlu persiapan. Kalau tidak, maka shalat jadi tidak khusyu karena hafalannya yang tidak lancar.
Jadi ada murojaah yang secara khusus untuk menyiapkan ayat-ayat yang akan dibaca dalam tahajjud malam, shalat rawatib, maupun shalat wajib. Asal ada niat untuk mengkhatamkan, atau membaca ayat ayat tertentu dalam shalat, walaupun waktunya lama, kita akan terdorong untuk mempersiapkan.
Bisa setiap waktu shalat untuk bacaan dalam shalat, atau setelah isya untuk bacaan tahajjud.
Dan penting juga ada yang menyimak. Supaya kita tau dengan pasti bagian-bagian hafalan yang harus diperlancar lagi. Disamping untuk menghilangkan ke Ge-Eran; merasa sudah lancar padahal belum.
Sekali lagi: variasi ketaatan akan bergantung pada tujuan.
Fokuskan hati pada tujuan tertentu pada waktu tertentu, insya Allah kita punya banyak pilihan interaksi dengan Al Quran.
Dari murojaah bersama sehari pagi tadi (Senin, 23 September 2019), saya jadi punya peta fokus murojaah.
Ternyata dalam bagian-bagian tertentu saya blank dan perlu lebih banyak mengulang-ulang dalam bagian itu.
Setelah murojaah seperti ini, sepekan ke depan atau sebulan ke depan, harus ada fokus perbaikan terhadap juz dan surah yang belum lancar itu.
Dan semuanya harus tercatat untuk memudahkan pengecekan; sudah lancar atau belum. Ada daftar list khusus tentang hal itu.
Murojaah adalah kebutuhan pokok seperti halnya makan dan minum. Tanpa murojaah, ayat-ayat yang sempat mampir ke dalam hati dan pikiran akan pergi jauh. Padahal sesungguhnya banyak variasi interaksi dengan Al Quran bila kita ingin terus dekat dengannya.
Kalau mau iri, irilah kepada orang yg rajin tilawah Al Quran.
Salah satunya, iri kepada Mansur bin Zadan. Tabi’in ini, setiap hari khatam Al Quran 2 kali dalam shalat. Satu kali antara dhuhur dan asar dan satu kali antara maghrib dan isya.
Dalam seminggu 14 kali khatam, sebulan 60 kali, dan setahun lebih dari 720 kali khatam.
ODTK. One Day Two Khatam.
Maka dibandingkan dengan beliau, sehari sejuz, sebenarnya sangat mudah. Kalau memang tidak bisa mengikuti beliau dalam hal khataman, paling tidak kita bisa mengikuti dalam hal waktu.
Bakda dhuhur dan bakda maghrib khusus untuk Al Quran. Atau paling baik bakda shubuh langsung. Awali hari dengan tilawah…