Waktu Kang Udin ke rumah pada pertengahan Oktober 2022 yang lalu, saya tidak sadar sedang berhadapan dengan seorang penulis dan pembicara yang sudah menginspirasi ribuan orang.
Ya, beliau adalah Kang Udin Yulianto, penulis BUKU MANUT QUR’AN BISA KAYA ( Ikhtiar 40 Hari Meraih Rezeki tak terbatas).
Buku beliau (versi asli) yang harganya lebih dari 170 ribu itu, sudah terjual lebih dari 30 ribu buku.
Mau tau berapa banyak keuntungan beliau baru dari hasil jual buku saja? Hitung saja sendiri, misalnya dengan mengalikan keuntungan minimal 50% harga jual buku dengan yang sudah laku.
Belum termasuk biaya pelatihan yang sudah diikuti oleh banyak orang, dengan mengambil tempat di hotel hotel ternama.
Kalau lihat dari sisi itu, mungkin agak terpengarah dengan jumlah pendapatannya.
Tapi ada yang lebih penting dari itu.
Yaitu bagaimana kesiapan diri kita saat Allah memberikan titipan kekayaaan. Bagaimana suasana hati kita ketika mendapatkan rezeki, dan bagaimana persepsi rezeki dalam hidup kita.
Tanpa ada kesiapan psikologis menerima kekayaan, tidak tau langkah-langkah meraih kekayaan, dan tidak paham bagaimana caranya bersyukur atas limpahan karunia itu, yang terjadi adalah harta yang datang menjadi penyebab malapetaka.
Itulah poin penting yang beliau tekankan dalamnya bukunya, “Manut Quran, Bisa Kaya”
Sebenarnya buku ini buku tuntunan untuk memperbaiki niat, memperbaiki cara pandangan tentang rezeki, juga memotivasi menjaga shalat, tilawah quran, dan dzikir dengan rutin.
Hanya saya dikemas dengan visualisasi “Bisa Kaya” untuk menarik perhatian pasar. Dan ternyata memang kita dan masyarakat lainnya banyak yang merindu untuk menjadi kaya.
Kenyatannya ya orang-orang banyak yang tertarik
Apalagi didukung dengan pelatihan, tim manajemen, dan publikasi yang baik di sosial media.
Melatih Diri Jadi Shalih
Manut Quran sekedar ingin jadi kaya? Rugi….!
Sebab Al Quran adalah sumber solusi kehidupan dan garansi kebahagiaan hidup.
Kebahagiaan artinya meliputi segala sebab yang bisa mendatangkan kebahagiaan itu. Kekayaan adalah salah satu sebabnya. Yaitu ketika kebutuhan hidup terpenuhi dengan baik. Minimal 4 standar minimal : rumah yang luas, kendaraan nyaman, tetangga yang baik, dan istri yang shalihah.
Tetapi apakah kekayaan menjadi sebab satu-satunya?
Tentu tidak..!
Betapa banyak orang kaya harta tapi tersiksa jiwanya.
Kaya, tapi jiwa merana dan menderita.
Merasa kesepian dalam limpahan harta. Tidak harmonis dalam keluarga. Terjerat hutang yang tak kunjung selesai. Terpenjara dalam aturan protokoler yang ketat sehingga tidak bebas melakukan apapun.
Atau godaan merasa hebat dari orang lain, dan bahwa segala sesuatu bisa diselesaikan dengan uang. Lalu lahirkan budaya suap, uang pelicin, korupsi bersama, dan lainnya.
Semua kekayaan dan kemelimpahan itu hanya akan menjadi karunia yang terindah saat berada di tangan seorang yang shalih. Itulah makna hadis Rasulullah: Sebaik-baik harta adalah apa yang berada di tangan seorang yang shalih. Sebab dengan keshalehannya, harta itu tersalurkan pada tempatnya sesuai dengan kepentingannya.
Di samping itu, hidup orang yang shalih sepenuhnya dijamin oleh Allah, Dia yang akan memenuhi semua apa yang diperlukan oleh hamba yang shalih. Selain itu, Allah juga yang menjaga dan melindunginya dari berbagai mara bahaya.
Jaminan ini Allah sampaikan sendiri dalam firmanNya
اِنَّ وَلِيِّ َۧ اللّٰهُ الَّذِيْ نَزَّلَ الْكِتٰبَۖ وَهُوَ يَتَوَلَّى الصّٰلِحِيْنَ
Sesungguhnya pelindungku adalah Allah yang telah menurunkan kitab suci (Al-Qur’an). Dia melindungi orang-orang saleh. (QS. Al A’raf: 196)
Saya menilai Delapan Amaliah Ikhtiar langit yang disampaikan oleh Kang Udin dalam buku Manut Quran lebih dekat ke arah ini. Yaitu melatih keshalihan diri dan sosial dengan berbagai program yang ada. Dan ternyata banyak yang sudah membuktikan, melalui beberapa testimoni yang ada, bahwa percikan berkah amal shalih ini memberi banyak perubahan dalam hidup.
Delapan Amaliah Ikhtiar Langit itu adalah Shalat 5 Waktu, Shalat Tahajjud, Shalat Dhuha, Shalawat, Silaturrahim, Sedekah Pagi, İstighfar, dan Tilawah Al-Qur’an.
Artinya, ketika amal shalih dan keshalihan itu sudah menempel dan menjadi bagian dari hidup kita, tentu keajaiban itu akan hadir lebih deras dari air bah.
Mengenal Allah di Segala Keadaan
Pada akhirnya, dalam keadaan apapun itu, saat berlimpah atau hidup prihatin, Allah hadir mengenalkan diriNya kepada kita. Dan nikmat mengenal Allah dalam segala keadaan itu adalah nikmat karunia yang paling puncak.
Imam Ibnu ‘Athaillah As Sakandari pernah menuturkan dalam Al HIkamnya:
مَتَى أعْطاكَ أَشْهدَكَ برَّهُ. وَمَتَى مَنَعَكَ أَشْهدَكَ قهْرَهُ. فهَوُ فِي كلِّ ذَلِكَ مُتَعَرِّفٌّ إِلَيْكَ وَمُقْبِلٌ بوِجُودِ لُطْفِهِ علَيْكَ.
“Ketika Dia memberimu, Dia telah menunjukkan kepadamu kebaikan-Nya. Ketika Dia tidak memberimu, Dia menunjukkan kepadamu kekuasaan-Nya. Pada semua itu, Dia memperkenalkan diri-Nya kepada-Mu dan mendatangimu lewat kelembutan-Nya (kasih sayang-Nya).”
Saat kita mendapatkan nikmat, Allah ingin menunjukkan kepada kita kebaikan dan kasih sayangnya. Saat kita dalam kekarangan, Allah ingin menunjukkan kita kekuasaanNya; bahwa tidak ada yang mampu memberi nikmat selain Dia semata.
Dia datang dan memperkenalkan diriNya kepada kita agar kita semakin dekat kepadaNya.
Dan dibanding nikmat ma’rifat kepada Allah, nikmat dunia ini hanya seberkas debu yang tiada artinya