“Sungguh, beruntunglah orang-orang yang beriman.”
(QS. Al-Mu’minun: 1)
Dalam dunia yang sibuk memuja pencapaian, seringkali kita lupa menakar ulang makna kesuksesan. Kita kira sukses adalah angka-angka di laporan, tepuk tangan dari manusia, konten yang viral, nama yang disebut di mana-mana, atau kursi tinggi yang bisa digenggam.
Tapi Allah membuka surat Al-Mu’minun dengan sebuah pernyataan tegas, tanpa syarat duniawi: “Beruntunglah orang-orang yang beriman.”
Falah—kata yang digunakan Allah di sini—bukan sekadar keberhasilan. Ia adalah keselamatan dari segala yang menakutkan, dan kemenangan dalam meraih segala kebaikan. Ini adalah kemenangan yang sempurna, mencakup dunia dan akhirat.
Artinya, tak peduli seberapa berat hidupmu di dunia, selama iman tetap hidup di dadamu, engkau telah menang.
Tak peduli seberapa sepi langkahmu, selama engkau jujur dalam taat, engkau telah berhasil.
Karena keberuntungan sejati bukan soal jadi siapa di mata manusia, tapi jadi hamba di hadapan Allah.
Beruntunglah orang-orang yang menjaga imannya, walau dunia terus berubah.
Beruntunglah orang-orang yang tetap menengadahkan tangan kepada langit, walau bumi menolak.
Dan beruntunglah… kamu, jika imanmu masih menggetarkan hatimu saat mendengar nama-Nya.
Inilah sukses hakiki: bukan sekadar menang hari ini, tapi menang untuk selamanya.
