اُولٰۤىِٕكَ يُسَارِعُوْنَ فِى الْخَيْرٰتِ وَهُمْ لَهَا سٰبِقُوْنَ
Mereka itu bersegera dalam (melakukan) kebaikan-kebaikan dan merekalah orang-orang yang lebih dahulu memperolehnya. (QS. Al Mu’minun: 61)
Kalau pernah ada perasaan, “Saya harus lebih baik dari dia” maka inilah saatnya.
Berusaha perfeksionis, selalu nomor satu, lebih dari orang lain, itu terpuji kalau dalam akhirat. Pintar-pintarlah pilih “lawan standar” yang akan kita “kalahkan” dalam ibadah selama Bulan Ramadhan. Lawan tanding dalam ibadah artinya teman sejati dalam ketaatan.
Umar bin Khathab memilih Abu Bakar sebagai lawan tandingnya dalam beribadah. Dalam berbagai keadaan, Umar selalu ingin mengalahkan Abu Bakar.
Ketika mendengar Rasulullah memuji Abdullah bin Mas’ud, “Siapa yang membaca Al Quran dengan enak dan renyah seperti diturunkan, maka bacalah seperti bacaan Abdullah bin Mas’ud,” Umar bin Khathab segera menemui Abdullah bin Mas’ud untuk memberitahu kabar gembira itu.
Abdullah berterimakasih kepada Umar atas kabar itu, terlihat biasa dan tidak terlalu gembira. “Saya sudah tau. Tadi Abu Bakar sudah ke sini memberitahukan hal itu,”kata Abdullah bin Mas’ud.
Ternyata Abu Bakar sudah lebih dulu dari Umar.
Ketika Perang Tabuk, Umar membawa separuh hartanya untuk disedekahkan. Abu Bakar malah menyedekahkan semua harta yang ia miliki.
Umar hanya tertunduk, “Abu Bakar menang lagi, dan kita tidak pernah bisa mengalahkannya,” katanya sejurus kemudian.
Kalau mau ingin seperti orang lain, maka janganlah hasad kecuali kepada dua orang, kata Rasulullah.
Yaitu kepada orang yang diberi karunia Al Quran dan ia membacanya siang dan malam, dan kepada orang yang diberi karunia harta lalu ia bersedekah dari harta itu siang dan malam. Hasad di sini maksudnya berharap karunia seperti apa yang Allah berikan kepada orang lain.
Fudhail bin ‘Iyadh, sang Abidul Haramain pernah bercita-cita punya keberkahan waktu seperti Abdullah bin Mubarak, tapi dia tidak mampu. Begitu pula Ibnu Qayyim Al Jauziyah ingin seperti gurunya Ibnu Taimiyah dalam jihad dan keilmuan, tapi tak bisa mendekati apalagi menyamai.
Saya sendiri sampai saat ini masih merasa iri dan ingin seperti Ust Muin rahimahullah. Beliau setiap tahun, sejak sekitar duapuluhan tahun lalu, bisa berangkat ke tanah suci minimal dua kali: saat haji dan saat ramadhan.
Berjuz-juz tahajjud beliau setiap malam, khatam Al Quran setiap pekan, berlimpah-limpah ketika memberi kepada orang lain, bersemangat ketika mengajar, full inspirasi ketika berpidato, full ide dan gagasan ketika rapat dan diskusi, penuh akhlak dan keramahan ketika berinteraksi. Semoga rahmat Allah tercurah kepada beliau.
Shortcut Melejitkan Kebaikan
Hidupkan ruh perlombaan diantara anak-anak di keluarga, murid-murid, dan masyarakat kita, dengan cara menceritakan tentang ibadah orang-orang shaleh terdahulu.
Kalau sebagai orang tua kita belum bisa menjadi teladan ibadah terbaik bagi anak, hadirkan dalam hidup mereka teladan-teladan hebat dari para nabi, sahabat, dan ulama-ulama terdahulu, melalui cerita, tontonan, dan buku-buku inspiratif.
Apresiasi atas kebaikan anak-anak, sekecil apa pun, dapat menumbuhkan ruh perlombaan itu. Maka untuk urusan apresiasi kebaikan, jangan pakai hitung-hitungan. Berikan saja agar mereka tambah semangat. Investasi pujian dan hadiah dari kita untuk mereka akan sangat berpengaruh menambah speed ibadah dari anak-anak
Perlombaan di Bulan Ramadhan
Maka, kalau mau berlomba dan mengalahkan sahabat kebaikan kita, inilah saat yang tepat.
Di bulan inilah saatnya kita berlomba-lomba menuju kebaikan. Berlomba-lomba menuju magfirah dan ampunan Allah Swt.
Sayid Quthb berkata: “Innamas sabqu ila dzalika hadf, ila dzalikal ufuq, ila dzalika milkil ariiq” Sesungguhnya perlombaan sebenarnya adalah menuju ke titik itu, menuju ke tujuan itu, ke sesuatu yang sangat prestisius itu, yaitu “jannatun ‘ardhuha ka ardhis sama’I wal ardh” menuju surga yang luasnya seluas langit dan bumi.
Kita berlomba di hadapan Allah, siapa yang paling banyak tilawahnya, siapa yang paling dalam tadaburnya, siapa yang paling cepat bangun sahurnya, siapa yang paling khusyu’ tahajjudnya, siapa yang paling banyak sedekahnya, siapa yang paling banyak dzikirnya. Kita berlomba pada semua bidang kebaikan itu.
Kita pilih lawan tanding diam-diam. Kita tumbuhkan “ruhut tanafus” ketika bulan ramadan seperti ini.
“Sibaq nahwal jinan”
Perlombaan menuju surga; inilah perlombaan terbaik sepanjang masa.