Mengasah Perasaan

Saya ingin bercerita sejenak tentang pengalaman ditegur dan dimarahi oleh guru. Bukan pada hal-hal yang memang sepantasnya mendapatkan teguran; seperti berkelahi, mencaci maki, berteriak teriak, atau yang lainnya, tapi pada beberapa akhlak dan perilaku yang “tinggi”. Bagi orang lain mungkin hal ini biasa, tapi tidak menurut para guru yang saya hormati ini, sebab standar rasa dan akhlaknya juga tinggi.

Pengalaman Pertama

Saat awal setoran hafalan dengan Syekh Izzat di Mesir dulu, saya suka protes dan bertanya ketika beliau meminta supaya saya mengulangi ayat yang baru saja saya baca: Apa yang salah dari bacaan saya? kenapa saya ditegur di ayat ini?

Beliau marah dan berkata, “Tidak usah banyak bertanya kenapa. Kalau saya minta ulangi ya ulangi. Kalau saya bilang lanjut ya lanjut…!”

Dulu saya jadi takut karena dimarahi seperti itu. Sekarang saya jadi sadar, ternyata pertanyaan bernada protes seperti itu saat menghafal Al-Qur’an tidak baik.

Sebab, ketika seorang guru mendengarkan hafalan muridnya, mungkin ada pengucapan huruf yang kurang fasih, ada gunnah yang kurang mendengung, ada izhar yang kurang jelas. Maka guru minta mengulangi untuk memastikan bacaanya. Ketika tidak ada salah, maka murid bisa terus melanjutkan.

Merasa benar sendiri dalam proses tahsin Al-Qur’an adalah akhlak yang buruk. Kita belajar tahsin adalah untuk memperbaiki bacaan, bukan untuk mempertahankan bacaan kita yang salah di hadapan guru, sehingga kita berani protes.

Jauh beda antara protes dan meminta penjelasan, “bagaimana seharusnya mengucapkan tsa, dza, za, zha, dsb.” Sambil mengakui kesalahan. Guru akan jauh lebih menerima, dari pada protes.

Ini penting sekali untuk diperhatikan oleh seorang pelajar untuk kesuksesan proses pembelajarannya.

Pengalaman Kedua

Dalam halaqah tahsin Al-Qur’an bersama Syekh Yasir Salamah di Mesjid As-Salam, Hay Asyir Nasr City, Kairo, beliau mengawalinya dengan tahsin jama’I, kemudian mempersilahkan setiap orang untuk membaca dan disimak oleh beliau.

Suatu ketika, ada orang tua yang ikut tahsin dan mendapat giliran membaca. Kami yang muda-muda merasa bacaan orang tua ini tidak fasih. Maka beberapa orang segera bersuara membetulkan bacaan itu sebelum Syekh Yasir bersuara.

Maka Syekh Yasir pun angkat suara,
“Majlis ini majlis saya. Tidak boleh ada yang memperbaiki tahsin di majlis ini kecuali saya. Saya tidak menegur kesalahan tadi bukan karena tidak tau. Walaupun bacaan orang tua ini tidak terlalu baik, tapi juga tidak terlalu buruk. Masih cukup dan bisa dimaafkan. Sementara menghormati dan menjaga hati beliau untuk tetap tilawah itu jauh penting”

Masya Allah betul sekali perkataan beliau. Menghormati dan menjaga hati seseorang untuk tetap tilawah itu jauh lebih penting. Jazakumullahu khairan Syekh Yasir. Kenangan di malam itu tidak akan pernah saya lupakan.

Pengalaman Ketiga

Waktu saya takziyah ke Roshaifah, Mekah Al-Mukarramah, saat meninggalnya Abuya Syekh Muhammad bin Alwi Al-Maliki, kami disambut oleh Ust. Sholihin.

Ketika ngorbrol, diantara teman-teman ada yang bertanya,

“Berapa usia Abuya saat meninggal…?”

Sebuah pertanyaan yang sederhana, tapi Ust. Sholihin diam dan tidak menjawab.

Ternyata teman saya ini mengulangi pertanyaannya lagi.

Barulah Ust Sholihin menjawab, “Termasuk kurang beradab menanyakan usia guru saat meninggal”

Saya kaget dengan jawaban ini dan bekas kekagetan itu masih terasa sampai sekarang.

Belakangan, dari Bang Nidlol Masyhud saya mendapatkan nasehat Ibnu Jauzi, “Jangan memberitahukan kepada orang lain tentang tiga hal: tentang hartamu, tentang mazhabmu, dan tentang usiamu”
فإنه إن صغرت استصغروك وإن كبرت استكبروك
(kalau usiamu masih kecil, mereka akan mengecilkanmu, dan bila usiamu besar mereka akan menuakanmu)

Itulah rupanya rahasia kita tidak perlu tau usia orang lain (walaupun di kalangan kita, setiap kali kenalan selalu ada perkenalan tanggal lahir ?).
Cukuplah kemampuannya menjadi ukuran. Kadang kita jadi meremehkan saat tau usia orang lain lebih kecil atau lebih tua dari kita, karena membandingkan pencapaian kita dengan usianya misalnya.

Masih banyak pengalaman yang lain, tapi cukuplah 3 pengalaman ini untuk cerita kali ini. Semoga ada manfaatnya…

Leave A Reply

Navigate